Kamis, 27 Maret 2014

08. Tetap Tabah Sepeninggal Abu Thalib (The Real Idol Series)



Note: "The Real Idol" memang ditulis dalam rangka mengikuti lomba Teenligi 2014, namun sejatinya ide tulisan ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu saat membaca buku Uswatun Hasanah karya Haddad Alwi.

Walau pada akhirnya dinyatakan tidak menang, saya tetap senang karena bisa menyelesaikan proyek pribadi tentang manusia paling istimewa sepanjang sejarah; Rasulullah Muhammad SAW.

Nah, karena sudah terlanjur ditulis, sayang rasanya jika hanya mengendap di laptop. So, saya akan mempostingnya di blog ini secara bertahap. Siapa tahu, akan ada satu atau dua atau berapa pun pembaca yang bisa memetik manfaat. Aminn....

Keseluruhan tulisan ini nantinya akan berada dalam satu label/kategori (The Real Idol). Tak jadi masalah jika membacanya secara acak atau berurutan. Silahkan lihat Daftar Isi untuk melihat keseluruhan bagian "The Real Idol" untuk memilih bagian-bagian yang lebih menarik untuk dibaca.

Selamat membaca dan selamat jatuh cinta pada manusia teristimewa, kekasih Allah, Muhammad bin Abdullah :)

---

Tetap Tabah Sepeninggal Abu Thalib
Pada kenyataannya, kaum Musyrikin memang enggan mengganggu Rasulullah selama pamandanya masih hidup sebab mereka segan pada Abu Thalib. Namun setelah Abu Thalib meninggal di tahun yang sama dengan meninggalnya Khadijah, mereka mulai berani mengganggu bahkan menyakiti Nabi dan orang-orang Muslim Mekkah.
Kebencian kaum Musyrikin Mekkah sedikit demi sedikit mulai tampak. Mereka mulai berani mencaci dan menghina Nabi. Mereka mengatai Nabi sebagai tukang sihir, orang gila, tukang syair dan sebagainya. Namun Nabi tidak pernah sekalipun membalas kata-kata kasar mereka dengan kata-kata yang kasar pula. Sebaliknya beliau lebih banyak diam dan bersabar.
Suatu ketika, mereka bahkan pernah menyakiti Nabi secara fisik ketika Nabi sedang berthawaf di Baitullah. Orang-orang Kafir itu menarik tali selendang yang dikenakan Nabi hingga beliau tercekik. Perbuatan itu diketahui oleh Abu Bakar yang sontak langsung membela Rasulullah.
“Pantaskah kamu bunuh seorang yang mengatakan bahwa Tuhanku adalah Allah?”, tanya Abu Bakar pada orang-orang yang kejam tersebut. Peringatan Abu Bakar tersebut memang membuat mereka berhenti menyakiti Rasulullah, namun sebagai gantinya mereka kemudian menyakiti Abu Bakar dengan memukul kepalanya dan menarik janggutnya.
Dalam suatu riwayat dikisahkan ketika Rasulullah sedang bersujud di dekat Ka’bah tiba-tiba salah satu kaum Kafir Quraisy mendatangi Nabi dengan membawa kotoran binatang. Ia menumpahkan kotoran tersebut di punggung beliau manakala Rasulullah sedang bersujud. Tebak apa yang dilakukan Nabi ketika mendapat perlakukan seperti itu? Apakah Nabi langsung bangkit dan marah-marah? Ternyata tidak. Rasulullah terus bersujud hingga datang putri beliau membersihkan kotoran tersebut dari punggungnya.
Kediaman beliau menghadapi perlakuan keji orang-orang Kafir bukanlah karena beliau lemah dan tidak punya nyali membela diri. Sebaliknya, beliau justru adalah orang yang gagah dan bukan tipe lelaki yang lembek serta penakut. Beliau senantiasa menjaga kesabaran di dalam dadanya untuk menunjukkan bahwa agama yang dibawanya bukanlah agama yang membawa keonaran. Agama Islam adalah agama yang damai yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak membalas hinaan dengan cacian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)