Ketika merasakan beberapa lubang logika dalam “Gelombang”, saya
menghembuskan nafas lega. Ternyata Dee Lestari adalah manusia biasa.
*
Siapapun percaya betapa Mbak Dee bekerja keras melakukan riset dan
studi untuk melahirkan karya sespektakuler “Supernova”. Hasil riset yang begitu
detil dan mendalam itu membuat karya-karya Mbak Dee selalu terasa seperti kisah
nyata. Tapi tetap saja, Supernova adalah
sebuah karya fiksi yang tak luput dari lubang-lubang logika, termasuk juga yang
terjadi dalam “Gelombang”.
Bukan lubang besar memang. Pastinya tidak sebesar lubang-lubang di jalan
raya yang kerap dilalui kendaraan berat dengan muatan berlebihan di musim
hujan. Lubang dalam "Gelombang" kecil saja. Seperti setitik noda di wajah mulus
artis-artis Korea. Nyaris tidak
mengganggu tapi tetap saja sempat membuat kening berkerut. Dan lubang-lubang itu, menurut saya, bersumber dari sang tokoh utama, Alfa Sagala.
“Alfa is damn cool”, begitu
kurang lebih twit Mbak @deelestari yang pernah saya baca dulu, beberapa bulan
sebelum “Gelombang” akhirnya lahir dan mendarat dengan cantik di tangan saya.
Siapa yang tidak penasaran jika seorang Dee mengatakan hal seperti itu mengenai
tokoh utama dari serial yang sudah sejak lama ditunggu-tunggu penggemar
Supernova seperti saya? Apalagi mengingat tokoh-tokoh sebelumnya; Bodhi,
Elektra dan Zarah dengan kisahnya masing-masing yang begitu “spektakuler” dan “anti
mainstream”, maka tak heran dong kalau ekspektasi saya terhadap Alfa menjadi
agak berlebihan. Ternyata setelah sekitar dua hari tenggelam dalam “Gelombang”,
saya merasa justru Alfa dengan segenap kekerenannya itu lah yang membuatnya menjadi
tidak lebih keren daripada tokoh-tokoh di serial sebelumnya. (so far, Elektra is my favourite).
Alfa Sagala memang keren. Untuk itu saya sepakat. Tapi masalahnya hanya
satu. He’s too perfect. Selain menjadi pengidap insomnia selama
belasan tahun, Alfa digambarkan sebagai tokoh dengan jalan hidup yang terlalu
mulus. Berbeda dengan Bodhi yang terlahir sebagai yatim piatu dan digeletakkan
begitu saja di depan vihara, juga Elektra yang sempat gaptek, kuper dan harus
berjuang untuk bertahan hidup setelah ayahnya meninggal, dan Zarah yang korban
broken home. Menurut saya, sebagai tokoh utama, Alfa kurang “babak belur”.
Dan...inilah paket lengkap karakter "sempurna" seorang Alfa;
1.
Anak
baik-baik yang suka mengalah. Dia rela dikerjain kedua abangnya untuk mengerjakan TTS dan
mengirimkannya dengan modal uang tabungannya. Kemudian (jika menang)
mendapatkan pembagian hadiah yang paling sedikit. (hal 60)
2.
Tampan.
Alfa memiliki tubuh yang jangkung dan ganteng, sampai-sampai
dijuluki pretty boy from fifth floor (hal
133)
3.
Cerdas
linguistik. Sejak usia 17 tahun, ia sudah melahap Encyclopedia Americana (hal 111). Setahun di Amerika, ia menguasai
200 frase dalam berbagai bahasa agar bisa bertahan hidup di tengah-tengah komunitas geng di Hoboken (hal. 132)
4.
Pekerja
keras. Di Amerika, Alfa bekerja paruh waktu di 3 tempat dan selalu mendapat
nila A atau A+ di sekolah (hal 154).
5.
Pembaca
cepat. Ia digambarkan sebagai speed
reader with excellent memory (hal 304), sehingga bisa melahap habis semua
buku tentang tehnik tidur sadar hanya dalam semalam (hal 305).
6.
Berbakat
musik. Alfa menguasai alat musik gitar. Saat di New York, ia menjuarai semacam
kompetisi musik di salah satu klub.
7.
Incredibly smart. Alfa kuliah di jurusan Engineering, namun ia seketika sukses bekerja di bidang Finance. Bahkan
seorang Tom Irvine yang hebat dan
percaya diri begitu kagum padanya hingga rela merekrut Alfa yang saat itu
berstatus WithOut Paper (aka imigran ilegal, hal 199).
8.
Pengidap
insomnia tapi sehat luar biasa. Ia mengidap insomnia selama 11 tahun dan sama
sekali tidak pernah mengalami gangguan kesehatan dan bahkan memiliki daya ingat
yang hebat.
Dengan segala kesempurnaannya, saya jadi ingin menanyakan pertanyaan yang
sama dengan Tom Irvine; “What kind of
human are you, Alfa?” (hal 185)
Selain terlalu hebat dan terlalu keren,
banyak kejadian dalam “Gelombang” yang menurut saya membuat Alfa terlalu beruntung;
1.
Kejadian
di Tao Silalahi saat ia hendak dibunuh oleh Ompu Togu Urat. Ketika Alfa “dengan
suatu cara yang tidak begitu jelas” tiba-tiba terlontar ke permukaan danau usai
terhisap ke dasar air, secara ajaib dia berada dekat dengan lambung perahu yang
terbalik.
2.
Kalaupun
toh Alfa sempat diceritakan harus berjuang membayar hutang keluarga untuk
membiayai kepergiannya ke Amerika, pada akhirnya yang membuat hutangnya
menyusut dari Puncak Everest menjadi bukit tempatnya membaca Kho Ping Hoo adalah
krisis moneter tahun 1998 (hal 187).
3.
Pertemuan
Alfa dengan dokter Nicky Evans. Sebuah pertemuan antara penderita insomnia dan
dokter yang kebetulan mendalami problem insomnia (yang juga mantan penderita
insomnia) di sebuah kota besar di Amerika Serikat rasanya kurang lazim. Rasanya lebih pas jika saat di UGD,
Alfa bertemu seorang dokter lain yang merekomendasikan Somniverse. Pertemuan
dengan Nicky lebih tepat jika terjadi di Somniverse daripada di rumah sakit
besar.
4.
Mengingat
urusan keimigrasian yang begitu ketat, kok bisa ya Alfa berhasil menjadi siswa
Hoboken High School dan bahkan menjadi mahasiswa di Cornell dengan status
keimigrasian yang masih gelap. Sayang Dee kurang menjelaskan bagaimana teknis Amang
Gultom yang belum pernah membawa anak SMA ke Amerika tetiba berhasil menyelundupkan Alfa
hingga bisa menjadi siswa di Hoboken High School. Dee juga tidak menjelaskan
mengapa Alfa bisa lolos menjadi mahasiswa di Cornell dengan status imigran
ilegal. (Atau jangan-jangan di tahun 90an memang urusan imigrasi tidak seketat
sekarang ya?)
5.
Sebagai
perusahaan dengan intensitas kesibukan yang begitu tinggi di Andromeda Capital,
agak aneh jika Tom Irvine sama sekali tidak keberatan ketika Alfa menghilang
begitu saja selama beberapa hari selama mengikuti terapi di Somniverse dan
kemudian berlanjut ke Tibet (bahkan menawari Alfa membiayai perjalanannya ke
Tibet, hal 359). Mengingat karakter Tom Irvine yang tampak begitu perfeksionis
dan punya ritme kerja yang sangat ketat, agak aneh jika dia membiarkan staffnya
(yang baru bekerja selama 3 tahun) cuti tanpa alasan dan batas waktu yang jelas
seperti Alfa.
Terlepas dari segala lubang-lubang dalam "Gelombang" yang bersumber dari tokoh
utama, novel ini – seperti halnya serial Supernova yang lain – adalah bacaan
mengagumkan yang membuat saya merenungkan kembali cara pandang terhadap
kehidupan. Novel ini tataplah sebuah bacaan penambah wawasan yang disajikan
dengan gaya bercerita nan legit dan gurih. Cara bercerita Dewi Lestari yang
mengalir dengan sisipan humor-humor segar di sana-sini membuat saya tak rela
melepas buku ini sebelum sampai di halaman akhir.
Buat saya, Dewi Lestari is damn cool!