Selasa, 18 Maret 2014

01. Muhammad Bin Abdullah Versus Michael Jackson (The Real Idol Series)


Note: "The Real Idol" memang ditulis dalam rangka mengikuti lomba Teenligi 2014, namun sejatinya ide tulisan ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu saat membaca buku Uswatun Hasanah karya Haddad Alwi.
Walau pada akhirnya dinyatakan tidak menang, saya tetap senang karena bisa menyelesaikan proyek pribadi tentang manusia paling istimewa sepanjang sejarah; Rasulullah Muhammad SAW.
Nah, karena sudah terlanjur ditulis, sayang rasanya jika hanya mengendap di laptop. So, saya akan mempostingnya di blog ini secara bertahap. Siapa tahu, akan ada satu atau dua atau berapa pun pembaca yang bisa memetik manfaat. Aminn....
Keseluruhan tulisan ini nantinya akan berada dalam satu label/kategori (The Real Idol). Tak jadi masalah jika membacanya secara acak atau berurutan. Silahkan lihat Daftar Isi untuk melihat keseluruhan bagian "The Real Idol" untuk memilih bagian-bagian yang lebih menarik untuk dibaca.
Selamat membaca dan selamat jatuh cinta pada manusia teristimewa, kekasih Allah, Muhammad bin Abdullah :)

---

Muhammad Bin Abdullah Versus Michael Jackson

Senin malam, 23 Februari 2004, Banjarmasin dibuat heboh dengan berita kematian empat gadis belasan tahun di acara konser musik sebuah band kenamaan asal ibukota. Sementara itu, puluhan lainnya mengalami luka dan pingsan karena terdesak histeria ribuan penonton demi melihat grup band idolanya. Empat tahun sebelumnya, di Bandar Lampung, konser grup band yang sama juga menyebabkan empat orang penonton meninggal dunia.
Grup band itu hanyalah satu contoh dari banyak konser musik yang memakan korban jiwa. Masih banyak konser-konser musik lain, baik di Indonesia dan manca negara yang berakhir tragis dengan meninggalnya penggemar di arena konser. Kebanyakan korban berjatuhan karena terdesak gelombang penggemar yang tak mampu dikendalikan penyelenggara. Para penggemar ini terkadang sampai merusak pagar atau pintu demi bisa bertemu atau melihat langsung sang idola beraksi di atas panggung.
Kawans, mengagumi atau mengidolakan seseorang adalah suatu yang lumrah, tetapi terkadang kecintaan terhadap idola membuat seseorang melakukan hal-hal yang tak masuk akal. Kecintaan pada sang idola ditunjukkan dengan berbagai macam cara. Contohnya ya itu tadi, rela berdesak-desakan bersama ribuan orang, berteriak-teriak histeris saat sang idola mulai beraksi. Kadang-kadang sampai pura-pura pingsan demi menarik perhatian sang idola. Sedihnya, sang idola bukannya peduli tapi malah kian jauh karena diamankan puluhan bodyguardnya. Sebab kalau sudah ada yang pingsan, bisa dipastikan suasana konser menjadi ricuh dan tak terkendali. Keselamatan sang idola pun menjadi nomor satu.  
Lantas siapa yang peduli dengan para fans yang pura-pura pingsan atau pingsan beneran? Terus bagaimana dengan mereka yang nyawanya melayang di arena konser? Mereka, yang rata-rata masih sangat muda itu, harus mati sia-sia demi mengejar seseorang yang tak kan pernah membalas kecintaan mereka sedikit pun. Iya, semuanya demi sang idola.
 Oke, memang sih, kadang-kadang, tidak sering, pada sebagian kecil penggemar itu, sang idola membiarkan dirinya berfoto bersama atau memberikan tanda tangannya. Sekali waktu juga,  mereka membalas uluran tangan yang berebutan ingin bersalaman. Bukan dengan jabatan tangan yang hangat lagi bersahabat, melainkan sekedar sentuhan tipis yang sudah membuat penggemarnya histeris. Tapi foto bersama, tanda tangan maupun sentuhan di tangan bukanlah cinta yang sama dengan cinta yang dimiliki penggemarnya untuk sang idola.
Yang para idola lakukan itu hanyalah sekedar “Look, I do care about you. Because I need you to be my fans”. Ya eyalah, tanpa fans mana mungkin dia bisa jadi seleb?  Cinta penggemar yang sudah rela merogoh uang saku demi membeli tiket konser tak sebanding dengan balasan sang idola yang hanya sekedar melambai dari kejauhan. Cinta fans yang rela berdiri berjam-jam demi melihat sang idola tak sebanding dengan balasan sang idola yang hanya sekedar tersenyum di atas balkon.
Lha terus, memangnya ada tokoh idola yang tidak membutuhkan penggemar untuk menjadi tenar? Memangnya ada tokoh idola yang jika kita mengorbankan jiwa dan raga untuknya, maka dia akan membalas pengorbanan kita? Memangnya ada tokoh idola yang akan membalas kecintaan penggemarnya dengan cinta yang sama besarnya?
Jawabannya “Ada” kawans. Namanya Muhammad bin Abdullah, seorang lelaki kelahiran Arab belasan abad yang lalu. Dia bukan selebritis beken yang sering muncul di layar kaca (sebab waktu itu belum ada layar kaca), bukan juga penyanyi yang manggung di panggung bertabur cahaya, bukan juga ilmuwan dengan berbagai macam penemuan ilmiah, bukan juga penulis atau penyair yang telah menelorkan berbagai karya. Namun ia tak hanya sekedar tenar, tapi juga mulia. Ia tak hanya mulia di mata manusia, tapi juga mulia di mata Allah. Tak ada seorang pun yang menyamai kemuliaan seorang Muhammad. Tak ada seorang pun tokoh-tokoh idola dunia yang bisa disamakan dengannya, sebab dia memang manusia pilihan.
Muhammad tidak membutuhkan penggemar untuk menjadi terkenal dan mulia, karena ia sendiri telah dimuliakan Allah jauh sebelum manusia pertama diciptakan. Muhammad akan membalas cinta setiap pengikutnya dengan memberikan syafaat kelak di akhirat. Muhammad adalah seorang manusia yang penuh cinta kasih, tidak hanya kepada pengikutnya, namun juga kepada orang-orang yang pernah menyakitinya. Muhammad adalah manusia istimewa, yang walaupun jutaan kata dihabiskan untuk memujinya tak kan bisa menggambarkan keindahan makhluk Allah yang satu ini.
Dulu waktu kuliah, saya pernah ditanya oleh kakak-kakak dari kajian Islam di kampus; “Siapa tokoh idolamu?”.
 “Michael Jackson, Mbak”, jawab saya cuek. Saat itu Jacko memang sedang ngetop-ngetopnya. Lagunya “Black and White” dan “Heal the World” menjadi booming di seantero belahan bumi. Kisah-kisah hidupnya, termasuk masa kecilnya yang kurang bahagia, sering dipublikasikan di televisi. Michael Jackson kian fenomenal ketika dia membangun Neverland, rumah kediaman sekaligus amusement park pribadi untuk memuaskan hasrat kanak-kanaknya yang terenggut karena sibuk menyanyi.
 Jawaban saya membuat mbak senior tersenyum. “Kenapa bukan Kanjeng Nabi?”, tanyanya lagi.
“Kenapa saya harus mengidolakan dia?”, saya balik bertanya.
 “Iya ya, tentu saja kamu tidak bisa mengidolakan dia. Sebab kamunya nggak kenal siapa dia”.
Kening saya berkerut. “Dia Rasulullah, Mbak”, sergah saya setengah tidak terima dibilang tidak kenal siapa kanjeng Nabi. Tentu saja saya kenal Nabi Muhammad. Bukankah saya selalu menyebut Namanya dalam duduk tahiyat setiap sedang shalat?
“Jika seseorang sudah mengenal Rasulullah, maka akan sulit baginya untuk tidak jatuh cinta padanya”, jawab si Mbak senior pendek.
Lho, saya tahu kok siapa dia. Dia sudah yatim piatu sejak kecil. Ayahnya Abdullah meninggal sejak dia masih di perut Ibundanya, Siti Aminah. Setelah lahir pada bulan Rabi’ul Awal tahun Gajah di Mekkah,  dia disusui oleh Halimah Sa’diyah. Ibunya menyusul kepergian Ayahnya ketika dia masih sangat kecil. Muhammad kecil kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib yang kemudian dilanjutkan oleh pamannya, Abu Thalib, pasca wafatnya sang kakek. Muhammad menikah dengan Khadijah di usia 25 tahun dan mendapatkan wahyu pertama di usia 40 tahun. Ayat yang pertama turun adalah Al Alaq ayat 1-5 di Gua Hira. Muhammad menjadi Nabi selama 23 tahun dan meninggal di Madinah.
Tuh kan? Saya tahu kok siapa Kanjeng Nabi. Buktinya nilai saya untuk pelajaran agama tentang sejarah Nabi-Nabi selalu bagus. Tapi pengetahuan itu ternyata tidak cukup untuk membuat saya jatuh cinta dan menjadikan Nabi Muhammad menjadi idola. Sebab saya ternyata hanya sekedar tahu, belum kenal. Saya tak pernah tahu bahwa di balik kehidupan Rasulullah terhadap banyak kisah luar biasa yang menjadikannya manusia luar biasa. Saya tak pernah menyadari, orang yang selalu saya sebut-sebut namanya tiap kali shalat adalah idola sejati yang harusnya dikagumi, bukannya penyanyi pop yang hidupnya sarat dengan kontroversi.
Muhammad bin Abdullah memang hidup belasan abad yang lalu. Boro-boro ada internet, saat beliau menjadi Rasul saja yang namanya Alquran bentuknya belum jadi seperti yang kita kenal seperti sekarang ini. Tapi saking istimewanya beliau, orang-orang di sekitarnya (yang dikenal dengan sebutan para sahabat) banyak yang meriwayatkan dan menuliskan kisah hidupnya. Bahkan sampai ke hal-hal terkecil, tentang bagaimana beliau menjaga kebersihan sampai ke kehidupan rumah tangganya.
Kisah-kisah Nabi Muhammad terkumpul dalam banyak puluhan buku Shirah Nabawiyah dan buku sejarah, baik yang ditulis oleh penulis Muslim maupun Non Muslim. Buku-buku itu lah yang kelak pada akhirnya membangkitkan gairah saya untuk lebih mengenal beliau. Dan perkataan senior saat kuliah benar, saya tidak bisa tidak jatuh cinta pada Nabi Muhammad.

Nah, bagi kawans yang merasa belum menjadikan beliau sebagai tokoh idola (seperti saya dulu), semoga postingan dengan kategori "The Real Idol" ini bisa menyalakan gairah untuk mulai mengidolakan dan menjadikan Muhammad bin Abdullah sebagai teladan. Dan bagi yang sudah menjadikan beliau sebagai idola, semoga postingan ini bisa semakin menebalkan kecintaan terhadap manusia paling mulia sepanjang sejarah.
Postingan yang kawans baca ini bukanlah sejarah atau biografi seorang Nabi Muhammad. Melainkan sebuah kumpulan screen capture dari penggalan-penggalan kisah tentangnya. Kisah-kisah yang diriwayatkan oleh sahabat-sahabat dan orang terdekat beliau. Kisah-kisah yang menunjukkan betapa menakjubkannya pribadi seorang Muhammad bin Abdullah, betapa mengagumkannya dia sebagai seorang manusia, akhlaknya, budi pekertinya, tindak tanduknya, kebijaksaannya dan juga kasih sayangnya terhadap semua umat manusia. Insya Allah postingan ini akan membuat Kawans mengenal siapa beliau dan mengapa beliau layak dijadikan idola, melebihi tokoh-tokoh karismatik manapun sepanjang sejarah dunia.
Silahkan membaca postingan berikutnya dan selamat berkenalan dengan manusia termulia sepanjang masa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)