Senin, 27 Juni 2011

Menjadi Ibu Ternyata Tidak Enak

Begitu aku memutuskan untuk punya bayi, sama sekali tidak terpikir bahwa hidupku akan berubah 180 derajat. Betapa tidak? Faktanya segala hal kini berubah. Mulai dari hal kecil macam celana jins yang tidak lagi muat, hobi membacaku yang nyaris dilupakan karena hampir tak ada waktu hingga ke urusan mindset dan prinsip finansial.

Saat menjalani masa-masa kehamilan, yang terbayang adalah hal-hal yang indah-indah saja. Si kecil yang lucu, rumah yang diwarnai gelak tawa dan tangis bayi, bau bedak dan minyak telon hingga pernak-pernik anak-anak yang mendekorasi sarang kecil kami.

Nyatanya, malam pertama dengan si jabang bayiku menjadi malam yang tak terlupakan seumur hidupku. Membuatku tersadar akan apa-apa yang akan kuhadapi di hari-hari selanjutnya, bulan-bulan ke depan dan tahun-tahun berikutnya...Membuatku berpikir bahwa menjadi Ibu ternyata tidak seenak yang kubayangkan.

1. Bayi dan Pupup
Aku sama sekali tidak tahu bahwa bayi baru lahir akan buang kotoran sangat sering (padahal aku tergolong jijikan). Sudah gitu kotorannya hitam dan lengket, susah banget nguceknya. Malam pertama itu, bayiku pupup berkali-kali, terhitung 7 kali aku harus bolak-balik ke kamar mandi untuk membersihkan popok plus kotorannya yang lengket (kata orang Jawa: tai gagak). Padahal, malam itu adalah malam kedua pasca melahirkan.
Ternyata memang begitu pola buang kotoran bayi baru, kotorannya bernama meconium. Teksturnya lengket seperti aspal cair, warna hijau gelap hingga hitam.

2. Bayi dan Gumoh
Selain pupup, bayiku juga berkali-kali gumoh. Aku kebingungan karena itu kali pertama aku pegang bayi. Mau nggak mau, bajunya harus kuganti karena aku takut dia masuk angin. Namun, namanya juga baru pertama jadi aku kebingungan bagaimana caranya. Tentunya tidak sama dengan mengganti baju Barbie kan? Akhirnya aku hanya bisa menggunakan feeling, hasilnya? Well, beberapa kali aku mendengar suara klek-klek di area lengan bayiku. Aiii...semoga aku tidak mematahkan apa-apa mengingat dia masih sedemikian empuk. Tapi dia diam saja, nggak nangis, jadi kuasumsikan dia baik-baik saja.
Ternyata memang demikian perilaku bayi baru, sering gumoh jika dimasuki susu atau ASI. Untuk menghindarinya, berdirikan bayi di pundak lantas tepuk-tepuk pundaknya hingga bayi bersendawa.
Tentang memakaikan baju bayi, baru keesokan harinya Ibuku mengajarkan bagaimana cara memasangkan baju bayi yang benar. Ternyata metodeku semalam keliru, untung bayiku tidak apa-apa.

3. Bayi melekan
Malam itu aku tidak tidur. Aku baru bisa memejamkan mata pukul 4 dini hari, beberapa menit menjelang adzan Subuh (tentu saja aku tidak harus bangun untuk sholat Subuh, hehe...). Dua jam kemudian aku terbangun karena si kecil pupup lagi. Ayahnya memang beberapa kali bangun dan bertanya mengapa aku tidak tidur? Pertanyaan yang aneh pikirku.
Ternyata memang demikian pola tidur bayi baru. Bisa jadi tertukar siang dan malamnya. Itu sebabnya sebagai kompensasi, bayiku tidur panjang di siang hari, tentu saja itu tidak berlaku untuk ibunya karena perempuan Jawa haram hukumnya tidur di siang hari setelah melahirkan. Oh my God, jadi kapan aku bisa tidur?

4. Aku dan Jahitanku
Sebagai perempuan Jawa, ibuku tidak menyuruhku menggunakan kain panjang, hingga aku bisa bebas memakai celana pasca melahirkan. Tentu saja ini mendukung aktivitas malam pertamaku yang harus bergerak relatif ekstrem, karena aku harus berkali naik-turun ranjang untuk meraih bayi yang kami letakkan di box, berkali-kali jongkok dan membungkuk untuk mengucek kotoran dan mengganti baju. Mungkin karena pengaruh obat, aku tidak merasakan apa-apa di bagian jahitan, sehingga kupikir tidak ada masalah dengan jahitanku. Keesokan paginya barulah bagian jahitan terasa nyeri, saat pengaruh obat pereda sakit sudah tidak ada lagi (tentu saja bagian perineum sakit kalau dipakai duduk). Akibatnya butuh waktu agak lama untuk recovery bagian jahitan, hingga dokter harus memberikan semacam salep agar lukanya lebih cepat kering.

Demikianlah cerita malam pertamaku dengan bidadariku: Jasmine Oryva Rosabrille. Bayi kecil yang kelak memberikan warna-warni dalam kehidupan pernikahanku. Sungguh malam pertamaku dengannya adalah malam yang tak terlupakan dan menjadi pondasiku menjalani hari-hari sebagai seorang Ibu (yang ternyata tidak semanis madu). Yang jelas, menjadi Ibu mungkin memang tidak enak. Tapi aku sangat bersyukur Tuhan memberiku kesempatan menjadi seorang Ibu.

Tulisan ini didedikasikan untuk para calon ibu agar lebih siap menghadapi peranan barunya, kelak jika masa persalinan itu baru saja berlalu.

Gambar dari sini

Selasa, 21 Juni 2011

5 Tanda Waktu Persalinan Semakin Dekat


Berikut ini tanda-tanda saat persalinan semakin dekat:

1. Bayi turun
Beberapa minggu sebelum persalinan, kepala bayi akan masuk ke dalam rongga panggul. Ini yang disebut bayi turun dan Anda akan merasakan lightening. Jika sebelumnya bernafas terasa sesak karena tertekan janin, maka pada saat bayi turun bernafas akan terasa lebih mudah karena tekanan di paru-pary berkurang, tetapi panggul terasa berat.

2. Kontraksi
Kontraksi adalah pertanda umum yang mengawali proses persalinan, namun banyak ibu-ibu yang tertipu dengan kontraksi palsu (Braxton Hiks) yang juga kerap muncul di minggu-minggu terakhir kehamilan. Untuk membedakannya perhatikan polanya. Kontraksi palsu tidak nyeri, tidak teratur dan biasanya akan hilang.
Sebaliknya intensitas kontraksi persalinan semakin meningkat menjelang persalinan. Semakin lama semakin sering dan semakin kuat. Mulanya berlangsung selama 30 menit tiap 15-20 menit. Kemudian bertambah meningkat menjadi 30-90 detik dengan selang 3-5 menit.

3. Bercak darah
Selama kehamilan, leher rahim tertutup oleh lendir untuk menghindari bayi dari infeksi. Semakin mendekati persalinan, leher rahim membuka dan menipis agar bisa dilewati kepala bayi. Lendir bercampur darah pun keluar akibat terputusnya pembuluh darah saat pembukaan leher rahim. Persalinan bisa terjadi dalam hitungan jam atau hari.

4. Kantung ketuban pecah
Keluarnya cairan dari vagina secara tiba-tiba dalam jumlah banyak menandakan kantung vagina telah robek dan pecah. Ini biasanya membuat panik. Segeralah ke rumah sakit atau bidan. 80% ibu mengalami persalinan dalam 12 jam setelah air ketuban pecah.

5. Sakit punggung
Kondisi sakit punggung biasa dialami selama masa kehamilan. Namun jika intensitasnya meningkat, itu tandanya Anda mengalami back labor. Normalnya saat bayi turun menuju jalan lahir, wajahnya menekan tulang belakang hingga menyebabkan nyeri. Nyeri ini bisa dirasakan di bagian perut namun lebih dominan di daerah punggung.

Sumber: Baby Guide (Max Media)

Sepertinya yang ini harus dibaca juga: Detik-detik Kelahiran Bayi

Gambar diambil dari sini

Sabtu, 18 Juni 2011

Morning Sickness

Mual saat hamil muda lazim dialami oleh wanita yang sedang berbadan dua. Meskipun ada juga yang tidak mengalaminya,diperkirakan hanya 1 dari 4 wanita yang beruntung tidak mengalami mual atau yang sering disebut morning sickness. Disebut demikian karena umumnya rasa mual paling sering menyerang di pagi hari, walaupun ada juga yang mengalaminya sepanjang hari.

Hingga kini penyebabnya belum jelas, namun kecurigaan terarah pada perubahan kadar hormon pada wanita hamil. Saat hamil, terjadi kenaikan kadar hormon HCG (Hormon Chorionic Gonadotropin) yang berasal dari plasenta. Tugas hormon ini adalah menjaga kecukupan produksi hormon estrogen dan progesteron dari indung telur agar kehamilan sehat dan lancar. HCG akan meningkat jumlahnya pada trimester pertama dan kemudian turun setelah bulan keempat. Itulah mengapa mual muntah biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah memasuki trimester kedua.

Walaupun mual muntah adalah hal yang lumrah, namun ada juga ibu hamil yang mengalami mual muntah yang sangat parah, yang disebut hiperemesis gravidarum (HG). Tanda-tandanya:
1. Berat badan turun 2.5-5 kg atau lebih selama trimester pertama kehamilan.
2. Tidak dapat menelan makanan atau minuman apapun selama 24 jam.
3. Air kencing berwarna kuning sangat gelap, atau tidak kencing sama sekali selama 8 jam terakhir.
4. Muntah sangat sering hingga tiap 1 jam sekali atau lebih.
5. Selalu muntah saat makan.
Waspadalah jika menjumpai tanda-tanda di atas dan segera hubungi dokter. HG dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi lahir dengan berat badan sangat rendah.

Bahaya utama mual muntah adalah ibu kekurangan asupan nutrisi hingga berdampak buruk pada perkembangan janin. Solusinya adalah menyiasati pola makan Anda untuk mengurangi mual dan muntah. Cobalah tips-tips berikut ini:
1. Menghindari pemicu mual dan muntah (seperti makanan berbau tajam, Asap rokok, parfum yang berbau menyengat).
2. Mengkonsumsi suplemen yang dapat mengurangi mual, misalnya vitamin B6 dan kapsul/minuman jahe.
3. Makan apa saja yang diinginkan saat dirasa tubuh mampu menerima.
4. Jangan segera berbaring setelah makan.
5. Hindari banyak minum saat makan.
6. Makan sedikit-sedikit namun sering (tiap 2-3 jam).
7. Istirahat secukupnya.
8. Mensugesti diri sendiri, caranya: berdiri di depan cermin dan katakan kata-kata yang positif,misalnya: “Aku hamil dan aku bahagia”.

Saya sendiri sangat bersyukur mengalami mual saat hamil, karena itu pertanda ada kehidupan yang sedang dalam proses berkembang dalam tubuh saya. Jika tidak mual, saya malah jadi cemas sendiri karena takut tidak ada perkembangan dalam rahim saya. Sebagai informasi, saya memiliki 2 orang anak yang keduanya harus diawali dengan kuretase terlebih dahulu sebelum hamil lagi dan bertahan hingga lahir. Jadi pada kehamilan nomor 1 dan 3 saya harus dikuret, dan baru pada kehamilan nomor 2 dan 4 bisa survive hingga lahir. Dan memang pada kehamilan yang gagal, saya tidak mengalami mual sama sekali, dan ternyata janin saya tidak berkembang dan harus dikuret masing-masing pada usia 6 minggu dan 8 minggu. Oleh karenanya, saya sangat menikmati rasa mual muntah pada kehamilan berikutnya, karena bagi saya itu pertanda bahwa kehamilan saya baik-baik saja, sekalipun memang saya akui, kondisi mual muntah benar-benar membuat tidak nyaman.

Sumber: Baby Guide (Max Media)

Perlu dibaca juga:
Menghadapi Kehamilan Pertama
Memperkirakan Jenis Kelamin Bayi
Kenaikan Berat Badan Saat Hamil
Gambar diambil dari sini

Jumat, 17 Juni 2011

Detik-detik Kelahiran Bayi


Setiap mengunjungi teman yang baru saja punya bayi, saya paling senang kalau teman saya itu menceritakan detik-detik proses persalinannya, terutama yang persalinan normal. Karena selalu saja ada hal-hal yang unik dari tiap proses kelahiran bayi, makanya tiap detik proses persalinan adalah momen yang berharga dan tidak akan mudah terlupakan.

Sebenarnya apa sih yang terjadi dan kita rasakan ketika tiba waktunya sang jabang bayi hendak melihat dunia untuk pertama kalinya?

Proses persalinan terbagi menjadi 3 fase. Diawali dengan proses penipisan leher rahim (serviks), disusul dengan proses keluarnya bayi melalui jalan lahir (vagina) diakhiri dengan keluarnya plasenta. Kita bahas satu per satu yuk:

1. Tahap pertama: Penipisan Leher Rahim
Proses ini berlangsung antara 7-14 jam dan terbagi dalam 3 fase, yaitu:
Fase awal: mulai dari bukaan 0 sampai 3, diawali dengan munculnya kontraksi.
Proses ini berjalan secara bertahap kurang lebih selama 8 jam.
Fase aktif: pembukaan mulai dari 3 hingga 9. Kontraksi akan berlangsung lebih lama, lebih kuat dan lebih sering. Proses ini rata-rata berlangsung selama 3-6 jam.
Fase transisi: bisa selesai dalam 20 menit hingga 2 jam saat leher rahim telah terbuka penuh 10 cm.
Saat seluruh bukaan telah atau hampir lengkap, ketuban akan pecah, tapi tak jarang juga ketuban harus dipecahkan. Waspada jika ketuban pecah sebelum waktunya.
Saya sendiri tidak pernah mengalami tahapan pertama secara normal. Dua kali melahirkan saya harus dibantu dengan induksi karena kontraksi tak kunjung saya rasakan sekalipun sudah lewat masa 1 minggu dari perkiraan kelahiran. Dengan diinduksi, saya langsung melompat ke fase aktif, di mana kontraksi yang saya rasakan sangat lama dengan intensitas yang sangat kuat dengan jeda antar kontraksi sangat pendek (kurang dari 1 menit). Hanya saja, proses bukaan dari 0 hingga 10 cm berlangsung cukup singkat, 3 jam untuk kelahiran anak pertama dan 5 jam untuk anak kedua.
Di fase ini, biasanya Anda akan merasakan nyeri yang melingkar mulai dari perut, pinggul hingga punggung. Demikian juga yang saya rasakan waktu kelahiran anak pertama. Waktu anak kedua, selain nyeri di perut, pinggul dan punggung, saya juga merasakan pegal yang luar biasa di daerah pantat, paha dan betis.

2. Tahap Kedua: Keluarnya bayi melalui jalan lahir
Segera setelah jalan lahir terbuka penuh, akan timbul dorongan untuk mengejan dan terus terjadi kontraksi. Prosesnya rata-rata berlangsung 1.5-2 jam pada kelahiran pertama dan biasanya lebih cepat untuk kelahiran berikutnya.
Di sini Anda akan merasa seperti akan buang air besar karena ada tekanan yang besar di daerah anus. Rasa ini bahkan muncul saat bukaan belum penuh. Bidan melarang saya untuk mengejan jika belum bukaan 10 untuk menghindari bengkaknya vagina. Nah, untuk mengurangi dan mengendalikan rasa sakit, bidan akan menyarankan untuk menghirup nafas dari hidung dan mengeluarkannya lewat mulut tiap kali timbul kontraksi dan dorongan untuk mengejan.
Saat kepala bayi sudah terlihat, Anda akan diminta untuk mulai mendorong. Akhirnya dengan satu dorongan terakhir, bayi Anda terlahir di dunia.
Karena sudah kelelahan menahan sakit, saya jadi lupa segala teori mengejan yang saya pelajari saat mengikuti senam hamil. Menurut bidan, tehnik mengejan saya salah karena saya mengejan dari leher. Mungkin itu sebabnya, salah satu bidan membantu mendorong perut saya agar bayi mudah dilahirkan.
Saat kepala bayi keluar, walaupun rasanya seperti tersengat, Anda akan merasakan sensasi yang aneh. Antara nikmat dan lega. (Perasaan ini yang membuat saya ketagihan pingin hamil lagi). Detik Anda melihat si jabang bayi, sekejap itu pula rasa sakit yang dirasakan saat kontraksi beberapa jam lalu musnah sudah.

3. Tahap Ketiga: Keluarnya Plasenta
Tahapan terakhir adalah keluarnya plasenta. Umumnya plasenta akan keluar sendiri dalam waktu 6-15 menit setelah bayi lahir atau juga dengan penarikan tali pusat yang terkendali.

Pada umumnya proses kelahiran anak pertama akan berlangsung lebih lama dibanding proses kelahiran berikutnya.
Namun pada saya malah sebaliknya, mungkin karena saat kehamilan kedua, bayi saya terlilit tali pusar sehingga proses kelahirannya agak sulit walaupun sudah bukaan 10.
Tapi keduanya tetap berkesan, ditambah lagi saya dibantu oleh dokter yang berbeda di rumah sakit yang berbeda pula.
Walaupun detik-detik kelahiran anak-anak kami tidak sempat dilihat melalui lensa kamera, namun ingatan akan saat-saat melahirkan senantiasa lekat dalam memori. Karena saat-saat itulah saat yang paling berharga dalam hidup saya. Saat Tuhan menganugerahkan kehidupan baru dalam pernikahan kami dengan kehadiran bayi yang sehat dan lucu. Sungguh rasa syukur kami tak terkira...

Sumber: Baby Guide (Max Media) dan pengalaman pribadi.

Sebaiknya baca juga yang ini: Tanda-tanda Kelahiran Semakin Dekat

Gambar diambil dari sini

Sabtu, 11 Juni 2011

Mengatasi Anak(ku) Yang Tantrum

Duh Gusti, bolak-balik aku musti nyebut sambil mengelus dada menghadapi tingkah gadis kecilku yang tiba-tiba punya hobi teriak-teriak (bahasa kerennya tantrum). Nggak jelas kapan dan bagaimana tepatnya dia mulai punya kebiasaan seperti itu, yang jelas tiap kali keinginannya tidak dituruti atau menghadapi hal yang tidak cocok di hatinya, maka mulailah dia menangis sambil teriak-teriak. Dan teriakannya itu bisa terdengar hingga seantero kompleks perumahan. Bayangkan bagaimana malunya dan bayangkan pula betapa keras volume teriakannya seandainya dia teriak di dalam rumah? Pastinya setiap gendang telinga yang terpapar suara teriakannya akan langsung berdenging, “Nginggg...”.

Ya sebenarnya aku tidak sepenuhnya menyalahkan putriku atas tabiatnya yang seperti itu karena sepertinya sifat itu diwarisinya dari aku. Aku seperti berkaca melihat kelakuannya karena sedikit banyak sifatnya itu mirip dengan ibunya yang memang suka meledak-ledak emosinya (terutama jika sedang marah). Hanya saja di usiaku yang sudah 30 sekian ini, sudah barang tentu aku telah banyak belajar bagaimana mengendalikan diri. Hoho...

Oke balik ke masalah putriku. Segala macam cara sudah kucoba untuk menghilangkan kebiasaannya itu. Mulai dari cara yang selembut tepung terigu sampai sekasar kertas gosok. Mulai dari menasehatinya baik-baik, memberi hadiah, mengancam, menguncinya di kamar sampai menampar. Memang beberapa saat cara-caraku berhasil, tapi beberapa hari kemudian, kebiasaan itu mulai muncul lagi. Aku jadi semakin bingung, belum lagi hilang rasa bersalahku karena menyakiti fisik putriku karena aku pernah menamparnya, aku sudah dibuat pusing dengan tantrumnya yang tersu menerus berulang.

Aku mulai putus asa, hingga aku teringat isi sebuah buku parenting tentang bagaimana mendisiplinkan anak-anak. Caranya adalah dengan mencabut hak mereka atas hal yang mereka sukai. Biar aku ceritakan sepintas bagaimana metode yang diajarkan penulis buku itu. Setiap anak pasti punya suatu hal yang menjadi kesukaannya, bisa dalam bentuk mainan kesukaan, buku kesukaan atau snack favorit. Nah, setiap kali sang anak melanggar suatu aturan yang sudah disepakati bersama antara orang tua dan anak, maka si anak akan kehilangan haknya untuk menikmati hal yang disukainya itu. Jadi misalnya si anak melewatkan kewajibannya membantu orang tua membuang sampah dengan sengaja, maka dia akan kehilangan hak untuk main video game.

Aku mulai berpikir untuk menerapkan metode itu untuk mengatasi tantrumnya putri sulungku. Hanya ada satu masalah, aku kebingungan menentukan apa yang disukai anakku. Apa ya kira-kira privilege yang bisa kujadikan alat tawar menawar agar putriku mau menghentikan kebiasaan tantrumnya? Aha, aku tahu...memang butuh waktu agak lama untuk menyadarinya, putriku sangat suka dikeloni. Ya, akan sangat menyakitkan baginya jika aku menolak menidurkannya sebagai hukuman karena dia berteriak.

Kesempatan untuk mempraktekkannya datang tidak lama. Saat si Mbak melaporkan bahwa hari itu dia berteriak di lapangan bermain, malam itu juga aku membiarkannya tidur sendiri. Aku menolak tidur satu kasur dengannya dan lebih memilih tidur di bawah bersama si adik. Aku berjanji untuk kembali tidur dengannya esok hari jika esok dia tidak lagi berteriak. Sebelumnya, anakku memang minta maaf dan aku bilang aku memaafkannya, tapi itu tidak bisa menghapus hukumannya, malam itu dia harus tidur sendiri tanpa dikeloni. Sebenarnya tidak tega juga melihat dia tampak begitu terpukul atas keputusanku. Butuh waktu lama baginya untuk bisa tertidur karena dia tidak biasa tidur tanpa ditemani. Setelah aku yakin dia nyenyak, aku yang sedari tadi menahan perasaan tidak tega kemudian memeluk dan menciumnya sambil membisikkan betapa aku sangat mencintainya (tentu saja dia tidak sadar karena dia sudah di alam mimpi).

Di hari lain di minggu yang sama, aku mengulangi metode tersebut sekali lagi. Dan hasilnya sekarang tantrumnya sembuh. Dia tidak lagi gemar berteriak dan bersikap jauh lebih manis. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan kebiasaan buruknya menghilang sebagaimana aku tidak tahu bagaimana dia muncul. Bisa juga karena putriku mulai bisa mengendalikan diri atau karena dia tidak mau kehilangan hak untuk dikeloni ibunya. Yang jelas, aku tidak perlu menghukumnya dengan hukuman fisik, membentaknya, mengancamnya atau menguncinya di kamar sebagaimana metode Nanny 911 yang pernah kulihat di Metro TV.

Walaupun melakukan itu (mengambil hak anakku untuk dikeloni) adalah hal yang sangat berat sebenarnya, tapi aku harus melakukannya demi menyembuhkan kebiasaan buruknya. Kupikir akan lebih sulit menghilangkan kebiasaannya jika dia sudah lebih dewasa kelak.

Sebelum kebiasaannya hilang, ada satu hal yang tetap menjadi pedomanku setiap kali harus menghadapi tantrumnya yang sedang kumat. :”She’s doing that because of a reason”, makanya aku harus cari tahu dulu mengapa dia melakukan itu, apa yang dia rasakan sehingga aku tidak terburu-buru mengecapnya sebagai anak yang nakal. Dengan demikian aku terbantu untuk mengelola emosi agar tidak ikut berteriak dan menambah runyam keadaan.

Gambar diambil dari sini

Selasa, 07 Juni 2011

Negeri Dongeng di Sungai Pekalen

“Guidance untuk teman-teman yang berniat mencoba arung jeram di Sungai Pekalen, Probolinggo”

5 Juni 2011, kami seperti segerombolan orang-orang kurang kerjaan. Bangun pukul 4 dini hari (sebagian malah pukul 3), sholat Subuh di Masjid kantor demi mengantisipasi agar tidak ketinggalan bis yang akan mengantarkan kami Arung Jeram di sungai Pekalen, Probolinggo. Maklumlah, pasca tragedi lumpur Lapindo, akses jalan tol Porong yang menghubungkan Surabaya-Pasuruan terputus, akibatnya jalan raya Porong kini menjadi satu-satunya rute yang bisa dilewati semua kendaraan, mulai dari kelas kucing hingga gajah. Kalau terlambat sedikit saja, alamat terjebak macet di sana. Jadi itulah alasannya mengapa kami rela bangun berpagi-pagi hanya demi untuk mandi di sungai yang jaraknya kurang lebih 4 jam perjalanan dari Surabaya, benar-benar kurang kerjaan....

Titik start arung jeram Sungai Pekalen berada di antara 2 tebing yang tinggi di kiri kanannya. Pemandangan hijau, derasnya aliran sungai berpadu dengan bebatuan kali yang hitam legam membuat penatnya perjalanan dari base camp menuju start point terbayar sudah. Apa yang kami lihat di tempat itu sudah cukup membuat kami mampu mengimajinasikan apa yang akan kami hadapi 2 jam ke depan.
Enrance ke Negeri Dongeng

Tebing, batu, air adalah kombinasi yang jarang dilihat oleh kami yang setiap hari dikelilingi mesin, gandum dan komputer. Tapi itu baru awalnya, karena 15 menit sesudah kami lepas dari titik start, ada pemandangan yang tak dinyana ada di satu sudut propinsi Jawa Timur: Gua Kelelawar komplit dengan air terjunnya. Subhanallah....kelihatan jelas bahwa pelukisnya bukan Dzat sembarangan.

Ketegangan saya karena kecelakaan kecil saat mengawali pengarungan di jeram pertama (bibir beradu dengan dayung) mendadak sirna manakala melihat pemandangan yang sedemikian memukau. Ribuan keluarga mamalia bersayap (mungkin jutaan) membuat dinding tebing seolah bernyawa. Ditambah lagi dengan latar belakang berupa tirai air terjun sejauh mata memandang membuat apa yang kami lihat menjadi sukar dilupakan.

Namanya juga Gua Kelelawar, jadi jangan ditanya bagaimana aromanya, hmmmm...untung waktu itu saya sedang pilek, jadi tidak terlalu terganggu. Tapi itu hanya masalah kecil dan segera terabaikan begitu perahu karet kami melewati bawah air terjun. Suara air terjun yang beradu dengan perahu karet dikombinasikan dengan beratnya guyuran air terjun menimpa punggung disertai siluet pelangi yang memanjakan mata adalah atmosfer yang tidak bisa setiap hari kami nikmati. Kami berhenti sejenak untuk mengabadikan momen yang sulit dilupakan itu.
Mengabadikan Momen

Di bawah guyuran air terjun, saya merasa berada di dunia lain. Saya yang setiap hari berada di dalam hiruk pikuk kehidupan kota kini tenggelam dalam kondisi yang aneh. Seluruh sensor panca indra saya bekerja merekam apa yang saya lihat, dengar, dan rasakan lalu serta merta memberikan sensasi yang sulit terlupakan. Suara cericit ribuan kelelawar, tirai air yang tak terputus, bau makhluk hidup, dinginnya air yang membasahi sekujur tubuh dan batu-batu kali yang menyembul acak di permukaan sungai adalah rangsangan yang harmonis, berpadu satu memanjakan panca indra kami. Manakala perahu karet kami bergerak menjauhi air terjun, perlahan-lahan sukma saya mulai kembali ke dunia nyata. Kami baru saja meninggalkan negeri dongeng, rumah para jin dan peri.
Detik-detik di Negeri Dongeng

Namun selepas air terjun, mata kami masih dimanjakan oleh indahnya jeram-jeram sungai Pekalen dan dinding tebing di kiri kanannya. Diwarnai dengan pemandangan bocah-bocah yang asyik mandi di kali. Sayangnya semua itu hanya bisa dinikmati di atas perahu karet. Artinya jika teman-teman tidak cukup bernyali untuk mencoba arung jeram, maka keindahan sungai Pekalen, Gua Kelelawar dan air terjunnya hanya bisa dibayangkan lewat tulisan ini saja.
Jeram-jeram Sungai Pekalen

Jika teman-teman berminat untuk menikmati pesona Sungai Pekalen dan air terjunnya, ada 2 event organizer yang sudah pernah kami coba untuk mengantarkan kami ke sana: Noars dan Songa. Ada juga Regulo tapi kabarnya mereka hanya melayani track pendek sungai Pekalen dan tidak termasuk air terjun.

Kesan gua kelelawar yang sedemikian dalam membuat kami tak henti-henti membicarakan pesonanya selama perjalanan pulang. Hari itu kami memang tidak sempat melihat matahari Surabaya karena berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah terbenam, hari itu kami ber-46 orang mungkin tampak seperti orang yang kurang kerjaan, hari itu kami rela berpenat-penat ria menempuh perjalanan pulang pergi selama 8 jam, namun semua itu sudah terbayar lunas setelah selama 2 jam mengarungi jeram-jeram di Sungai Pekalen. Capek 20%, puas 80%.

Esok kami akan kembali bekerja, bertemu lagi dengan rutinitas dan mesin-mesin penggiling tepung terigu, namun kami –gerombolan orang kurang kerjaan- sudah berencana untuk kembali lagi ke negeri dongeng di sungai Pekalen, Probolinggo, Jawa Timur. Tempat di mana kami bisa merasakan kedekatan dengan sang Pencipta, tempat kami merecharge energi dan merefresh pikiran untuk menjalani roda kehidupan kota Pahlawan.

Terima kasih yang tak terkira pada Tuhan yang Maha Pemurah atas kesempatan untuk melihat bukti kebesaranNya.

Foto-foto oleh Tim Noars dan Andi Bagus.

Senin, 06 Juni 2011

Bagaimana Mengatasi Pilek dan Hidung Tersumbat


“Tulisan ini hanya sharing product knowledge, bukan iklan”

Pilek sebenarnya bukan penyakit yang membuat saya sampai terkapar tak berdaya hingga tidak bisa masuk kantor. Tapi terus terang, pilek membuat saya jadi ribet membuang ingus apalagi kalau pakai acara hidung tersumbat.

Untuk pekerja lapangan seperti saya, tidak mudah bekerja dalam kondisi sedang pilek. Pertama saya tidak mudah menemukan tissue karena sepanjang mata memandang hanya mesin melulu, kedua kalaupun saya membawa bekal tissue, tidak mudah menemukan tempat sampah untuk membuang tissue bekas.

Bagi yang bukan pekerja lapangan juga saya yakin pilek membuat tidak nyaman karena harus bolak-balik buang ingus. Apalagi kalau sedang meeting, pastinya harus ke toilet untuk buang ingus di sana, karena kalau kita lakukan di ruang meeting pasti akan mengganggu, sedangkan kalau tidak dibuang kita harus sedot-sedot terus yang mana aktivitas tersebut memproduksi bunyi yang tidak enak didengar.

Saat tidur pun begitu, kita tidak bisa bernafas karena hidung tersumbat, mau miring kiri, kanan, telentang atau tengkurap semua serba salah. Pakai obat gosok kadang membantu kadang juga tidak berefek. Mau bernafas pakai mulut juga sangat tidak nyaman. Paling sebel lagi jika ingus kita termasuk jenis yang kental hingga sulit dikeluarkan. Haduuh, pokoknya terserang pilek memang menyebalkan.

Nah, teman saya menyarankan untuk pakai Otrivin, obat tetes hidung yang sudah saya buktikan cepat mengatasi masalah. Informasi tentang kandungan, cara kerja dan efek samping Otrivin bisa di klik di sini.

Memang saat diteteskan, terkadang ada sebagian kecil yang masuk ke kerongkongan, rasanya sedikit aneh, agak mirip gule?. Yang jelas, efek Otrivin sudah mulai bisa dirasakan setelah 2-3 menit diteteskan. Saya benar-benar merasa tertolong. Hidung langsung plong dan ingus yang tadinya kental menjadi encer hingga gampang dikeluarkan. Kondisi ini bertahan cukup lama sekitar 10 jam, sehingga selama pilek saya menggunakan Otrivin 2 kali/hari yakni di pagi hari saat akan mulai bekerja dan malam hari saat menjelang tidur. Kalau pileknya parah, saya kombinasikan juga dengan obat pilek di malam hari dengan selang waktu 1 jam setelah pakai Otrivin. Alhamdulillah pilek saya mulai sembuh setelah 5-6 hari.

Ada juga Otrivin untuk anak. Sebaiknya kalau untuk anak-anak dikonsultasikan dulu ke dokter. Kalau saya sih biasanya cukup pakai Vicks Vaporub di dada, leher dan punggungnya. Tanyakan pada apotek terdekat dan jangan lupa perhatikan cara pemakaian, dosis dan tanggal kadaluarsanya.

Kamis, 02 Juni 2011

Menjadi Pembicara yang Baik

Bermodalkan penguasaan terhadap materi yang akan disampaikan tidak cukup untuk membuat Anda menjadi seorang pembicara yang baik. Materi yang akan Anda bawakan akan mampu diterima dan diserap secara optimal jika Anda adalah seorang pembicara yang atraktif dan tidak membuat audience mengantuk. Di sinilah tantangannya, apalagi jika Anda menjadi pembicara dalam waktu yang lama. Walau materi Anda bagus tapi jika Anda tidak bisa membawakannya dengan baik, maka sudah bisa dipastikan Anda akan melihat peserta Anda satu per satu tertidur dan ilmu Anda tidak bisa tersampaikan.

Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjadi keynote speaker yang jempolan:
1. Ice breaking
Ice breaking sangat penting untuk mendapatkan kesan pertama yang baik di hadapan audience. Ice breaking hukumnya wajib, alokasikan waktu untuk ice breaking paling tidak 5 menit karena di sinilah saat yang menentukan atensi yang akan Anda dapatkan di menit-menit selanjutnya. Jadi tidak cukup hanya dengan salam atau menyapa audience dengan kalimat: “Assalammualaikum, salam sejahtera untuk kita semua, selamat pagi, hari ini saya akan membawakan materi bertema bla bla bla....”.
Cara paling gampang untuk ice breaking adalah perkenalan diri. Walaupun moderator atau MC sudah membacakan profil Anda, audience akan tertarik jika Anda memperkenalkan diri lagi, membagi profil Anda lebih detail sehingga audience akan percaya bahwa Anda orang yang benar-benar kompeten untuk membawakan materi.
Metode lain adalah dengan cara sebaliknya, yakni meminta peserta memperkenalkan diri atau menanyakan harapan-harapan mereka mengikuti seminar atau training Anda (tentunya tidak perlu semua peserta karena waktu Anda justru akan tersita di ice breaking).
Saya malah pernah menjadi peserta sebuah seminar motivasi (keynote speakernya adalah Gobind Vashdev). Saya sempat melihat jam dan beliau menggunakan waktu hingga 10 menit untuk ice breaking, mulai dari perkenalan diri hingga mengajak senam.

2. Intonasi dan volume suara yang pas
Jangan berbicara dengan intonasi yang terlalu datar karena akan menyebabkan kebosanan. Demikian juga jaga volume suara Anda pada setelan yang sesuai. Anda harus memastikan bahwa suara Anda terdengar cukup keras hingga di barisan belakang.

3. Tidak “teks book” pada slide dan bukan slide yang “teks book”.
Ingat, slide power point hanya berfungsi Anda membantu mengingat point-point materi yang akan disampaikan dan membantu audience memperoleh gambaran visual dari hal yang Anda bicarakan. Jadi jangan menjadi pembicara yang hanya bisa membaca slide presentasi.
Demikian juga dalam hal pembuatan slide, jangan membuat slide yang seperti teks book, yakni hanya copy paste dari makalah atau karya tulis Anda. Slide dengan terlalu banyak tulisan (apalagi jika tulisannya kecil-kecil) hanya akan membuat audience bingung. Lebih baik, bagikan “reading material” dalam bentuk makalah atau buku kepada audience dan buat slide presentasi yang lebih ringkas.
Silahkan lihat perbedaan di antara kedua slide berikut. Keduanya memiliki content yang sama. Jika Anda menjadi peserta seminar atau training, manakah yang lebih menarik untuk dilihat menurut Anda?





4. Sisipkan humor dengan porsi yang pas
Tanpa humor, materi Anda pasti akan membosankan. Tetapi terlalu banyak humor juga akan membuat presentasi Anda terkesan main-main dan tidak serius. Menyisipkan humor di waktu-waktu kritis bisa mencegah peserta Anda tertidur. Misalnya saat-saat menjelang istirahat atau setelah makan siang di mana peserta biasanya mulai turun konsentrasinya.

5. Siapkan slide yang atraktif
Slide yang berwarna-warni, disertai foto, gambar dan animasi akan lebih menarik ketimbang slide yang terlalu monoton.
Sebagai catatan, jika menggunakan animasi, gunakan seperlunya saja. Jangan menggunakan animasi huruf berputar, melayang atau spiral yang terlalu berlebihan karena hanya akan membuat audience semakin pusing.

6. Hindari monolog
Jangan bermonolog. Buatlah diskusi 2 arah. Sesekali, lemparkan pertanyaan ke audience dan biarkan mereka menjawab untuk selanjutnya Anda bahas.

Menjadi pembicara butuh jam terbang. Banyak-banyaklah berlatih untuk mengasah kemampuan Anda menjadi keynote speaker yang layak diingat....


Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)