Akhirnyaaaa….setelah mengalami drama yang serunya ngalah-ngalahin drama Korea atau sinetron Indonesia, kita berangkat juga ke Gili Labak, sebuah pulau dengan pantai bintang lima di ujung perairan Madura. Oke, abaikan soal drama karena itu sudah tidak penting lagi untuk dibahas. Nggak usah kepo juga nanya-nanya dramanya soal apa ya. Yang penting pada akhirnya kami semua bisa pergi ke Gili Labak dan pulang kembali dengan sehat dan selamat, untuk kemudian bisa kembali nulis di blog yang sudah banyak sarang laba-labanya ini (soalnya jarang ditengokin, hihi).
Langsung saja yah, ini buat
referensi temen-temen, ibu-ibu, bapak-bapak, kakak adik, om dan tante yang
pengen juga mengunjungi pulau kecil nan indah ini.
Oya, sebelumnya terima kasih yang
tak terhingga untuk menejemen bogasari flour mills yang telah mengadakan
program rekreasi karyawan, yang membebaskan kami untuk memilih destinasi wisata
sesuai selera, sehingga kami bisa bener-bener feel so refresh dan ready to rock
the flour mills again :D (Sori bahasanya nyampur-nyampur akibat terlalu
excited)
Nah balik lagi ke soal rekreasi
yah. Berhubung kami tergolong nggak suka ribet, terutama kalau urusan
happy-happy, maka kami memilih untuk menggunakan jasa tour organizer. Biayanya
Rp. 250 ribu untuk trip 1H1M ke Gili Genting-Gili Labak. Enak siy, Cuma tinggal
bawa badan ke meeting point, bawa perlengkapan pribadi dan uang secukupnya, lantas
duduk manis aja udah sampe ke tujuan. So, ini lah rundown trip kami tanggal 16
April lalu.
Sabtu, 23:30-24:00. Persiapan Berangkat
Meeting point ada di Stasiun
Gubeng Baru. Saat saya datang, sudah menanti 3 Elf yang siap membawa kami ke
Sumenep.
Minggu 24:00-03.30. Perjalanan ke Sumenep
Travel yang kami pakai cukup on
time kok. Cuman ya gitu, berhubung jalanan sepi, akhirnya kecepatan laju sang
Elf ini lumayan juga. Niat hati ingin tidur selama perjalanan pun buyar karena
ngeri dengan speed kendaraan. Ya tapi bagi yang sudah biasa mengendarai
kendaraan dengan kecepatan tinggi macam mas bojo di sebelah saya ya bisa tidur
nyenyak sampai ngorok-ngorok segala.
Minggu 03:30-05:00. Istirahat di Wisma Tamu
Yang dimaksud istirahat
sebenarnya bukan berarti istirahat di kamar gitu. Rumah singgah yang dimaksud
ini punya teras yang cukup luas dan bersih untuk kami baring-baring sebentar
sambil menunggu Shubuh. Persis di sebelah rumah ada surau dan beberapa kamar
mandi. Jangan lupa tapi, masuk kamar mandi ada ongkosnya lhoo. Siapkan saja
uang receh 2000an dan 1000an, karena kalau nggak masukin uang ke kotak, sudah
ada umi-umi yang nungguin di depan kamar mandi dan siap negur siapa aja yang
nggak bayar.
Minggu 05:00-06:00. Perjalanan ke Gili Genting
Tepat pukul lima pagi, kami mulai
berjalan menuju dermaga. Letaknya kira-kira cuma 300 meter dari wisma. Kami
naik perahu nelayan berkapasitas 60 Ton. Dari perahu ini lah kami bisa
menikmati matahari terbit. Ini sebenernya agak beda dengan scenario awal. Jadi
mestinya, kami sudah naik perahu sejak jam 3 pagi, lantas menikmati matahari
terbitnya di Gili Genting. Tapi berhubung (menurut informasti guide), laut
sedang surut, akhirnya kami harus nunggu air pasang dulu untuk bisa berangkat.
Tapi nggak masalah, melihat matahari terbit dari sebuah perahu nelayan pun juga
tetap terasa sensasional kok. Apalagi diselingi dengan pemandangan
perahu-perahu nelayan yang lalu lalang, keramba-keramba dan siluet pulau-pulau
lain dengan background warna langit yang merah jingga. Duh….betapa yaaa….Allahu
akbar….
Minggu 06:00-07:00. Sarapan di Gili Genting
Nah begitu sampai di Pulau Gili
Genting, sebaiknya siap-siaplah untuk basah, karena tidak ada dermaga semacam
di Sumenep tadi. Jadi perahu langsung merapat sedekat mungkin dengan bibir
pantai. Saat kami turun dari perahu, sudah disambut dengan air laut setinggi
lutut. Jadi kalau yang mau pakai rok, sebaiknya pakai daleman celana panjang
yah.
Di pulau ini, kami sudah disambut
sama spot-spot foto yang emang sudah disediakan pengelola. Pantainya sepi,
hanya ada beberapa grup wisatawan yang sudah lebih dulu bermalam di sana. Jadi
di Pantai Sembilan ini, selain bisa menginap di tenda, juga bisa menginap di
semacam rumah kayu yang posisinya tepat menghadap laut.
Nah, begitu kami sampai di sini,
langsung lah kami foto-foto buat dokumentasi LPJ kantor, hehe. Habis gitu,
sebagian masih lanjut foto-foto, sebagian lagi sarapan (sudah disediakan nasi
box oleh travel) dan sebagian lagi langsung lepas kaos dan nyemplung laut.
Airnya jernih, tenang dan renangable banget. Saya aja nyaris tergoda untuk
ikutan nyemplung kalau ngga inget bahwa kami masih harus menempuh perjalanan
laut lagi menuju Gili Labak dan baju ganti yang saya bawa terbatas.
So, saran saya buat yang suka
renang, usahakan bawa baju ganti lebih ya.
Minggu 07:00-08:30. Perjalanan ke Gili Labak
Perjalanan ke Gili Labak memakan
waktu sekitar 90 menit. Saat itu (kelihatannya) air laut cukup tenang, tapi
ketika di atas perahu goyangannya lumayan juga. Tapi mungkin karena kami
perginya ramai-ramai, maka perjalanan panjang yang cukup memualkan (bagi
sebagian orang ini) jadi nggak terasa.
Pas udah keliatan pulaunya,
huwiii seneng banget rasanya. Apalagi ketika Gili Labak tuh ternyata semakin
dekat semakin keliatan cuantik. Buat saya yang jarang mbolang ke remote area
karena masih punya anak kecil-kecil, rasanya itu pantai subhanallah buanget
cakepnya. Kombinasi warna biru langit, pepohonan hijau, pasir putih dan warna
laut yang berlapir-lapis biru hijau tosca sungguh membuat nafas tertahan.
Oke, here we go! Mari menikmati
surga dunia!!
Minggu 09:00-11:00. Snorkling
Ini dia momen yang
ditunggu-tunggu. Buat saya ini pengalaman perdana, jadi rasanya ya so pasti
excited banget. Rombongan tamu hari itu dibagi jadi dua batch bergantian karena
keterbatasan peralatan. Kami memilih batch pertama. Jadi tak lama setelah tiba,
kami langsung kembali naik perahu untuk berangkat ke tempat snorkeling.
Peralatan snorkeling berupa life
vest dan goggles sudah disiapkan. Cuman karena saya tahu bahwa pakai snorkeling
goggles itu nggak nyaman, saya memilih untuk pakai kacamata renang biasa. Dan
tentu saja dengan sok pedenya saya nggak mau pakai life vest. Ternyata….di
sinilah saya baru tahu asal muasal peribahasa “air tenang itu menghanyutkan”.
Saya kaget ketika ternyata arus dalam laut di lokasi snorkeling kami cukup
deras juga. Tahu-tahu saya sudah berada di posisi yang cukup jauh dari perahu.
Duh pantas aja itu si mas-mas guide pada pakai sepatu katak semua. Untung saja
di lokasi snorkeling sudah disediakan tali. Jadi saya tinggal menarik diri saya
sendiri pakai tali untuk kembali ke perahu.
Mengenai lokasi snorklingnya
sendiri menurut saya tidak terlalu bagus. Ya mungkin ini kebetulan saja karena
memang sejak berangkat saya sudah mendapat info yang berbeda-beda mengenai
snorkeling area di Gili Labak. Ada yang bilang kalau snorkeling di Gili Labak
biasa-biasa aja, ada yang bilang bagus banget. Nah kalau menurut saya si
biasa-biasa aja. Soalnya airnya kebetulan agak keruh, terumbu karangnya juga
tidak terlhat terlalu warna-warni dan ikannya tidak terlalu banyak. Jadi
kesimpulan saya, mengenai spot snorkeling ini tergantung amal ibadah J. Jika beruntung ya
bisa dapat spot bagus. Tapi…terlepas dari bagus tidaknya lokasi snorkeling,
saya tetep enjoy menikmati acara snorkeling ini, apalagi ketika momen
pemotretan bawah air, cieee….
Oya, untuk underwater shoot, saya
kudu acungkan jempol untuk mas-mas guide yang bener-bener support. Jadi gini,
kalau kita tidak cukup pede untuk lepas life vest dan goggles, kita boleh kok
dipotret dari permukaan saja. Hasilnya bagus karena cahaya di permukaan cukup,
tapi kurang epic. Nah, kalau kita cukup pede untuk menyelam, mas-mas guide ini
akan bantu supaya kita bisa masuk ke dalam hingga menyentuh karang.
Kedalamannya kurang lebih antara 1.5 sampai 2 meter. Saya sendiri aslinya dalam
kondisi biasa, maksudnya kalau di kolam renang, bisa-bisa aja nyelem sampai
kedalaman segitu. Tapi berhubung di sana arusnya kenceng banget, saya Cuma bisa
menyelam hingga semeteran aja. Awalnya mas Musa (nama guide kami), menawarkan
untuk membantu biar saya bisa nyelam hingga ke bawah. Caranya dengan menarik
tangan saya lantas dipotret sama dia. Tapi ternyata nafas saya yang nggak kuat
karena saya nyemplung tanpa pakai pelampung. Akhirnya saya minta jeda sejenak
untuk atur nafas dan pindah ke lokasi yang lebih dangkal. Di sini saya lebih
beruntung. Lagi-lagi saya dibantu untuk bisa lebih cepat sampai ke dasar laut
hingga menyentuh terumbu karang. Kali ini caranya dengan didorong bukan
ditarik. Dan voila…akhirnya dapet lah foto bawah air yang epic, hehe… Cuma
belakangan saya jadi nyesel, kenapa ngga minta diulang untuk didorong lagi yak?
Asik ternyata nyelem sampai bawah sampai bisa pegang karang :D
Minggu 11:00-13:00. Bebas, ishoma, bersih diri
Setelah kembali ke pantai, kami
lantas jalan-jalan keliling pulau. Jangan berharap ada wahana-wahana semacam
banana boat, jetski atau kano di sana. Satu-satunya wahana selain terumbu
karang di Gili Labak ya pantai itu sendiri. Pulau Gili Labak itu ternyata
sangatlah kecil hingga seluruh bagian pulau itu adalah pantai. Kalau berjalan
kaki keliling pulau mungkin hanya makan waktu setengah jam saja. Kami
menghabiskan waktu bebas selama dua jam untuk berjalan-jalan dan berenang di
air yang jernih. Duh yaaa…itu laut rasanya kaya ada tangan yang narik-narik
gitu. Jadi tiap kali mentas, rasanya pengen nyebur lagi nyebur lagi. Pokoknya
ketika lagi berendem di laut, rasanya nggak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Dannn….di Gili Labak itu
sepertinya sejam bukan lagi enam puluh menit deh. Sepertinya jarum jam berputar
lebih cepat dari biasanya. Tahu-tahu udah mendekati jam 1 siang, waktunya
kembali ke Sumenep L
Oya, untuk makan nggak usah
khawatir. Di Gili Labak ada warung-warung yang jual kelapa muda dan ikan bakar.
Tapi karena saya saat itu lagi kepengen kuah-kuah, akhirnya cuma pesen indomie
rebus sama telor. Nah menurut temen saya yang pesen ikan bakar, rasanya enak,
apalagi sambelnya.
Terus untuk mandi, juga ada kamar
mandinya kok. Hanya saja pakai air payau. Kalau mau tambah air tawar untuk
bilas bisa juga, Cuma bayar lagi 10 ribu per gallon.
Minggu 13:00-15:00. Perjalanan Kembali ke Sumenep
Nah, cerita bagian ini agak bikin
sebel. Pertama karena kita udah harus ninggalin pulau cantik nan mempesona ini.
Kedua, karena baju dan celana saya basah gara-gara keburu-buru naik perahu
(mana bawa baju ganti Cuma 1 stel pula -_-“). Padahal kalau saya mau sabar
sebentar aja, pak tukang perahunya bakal narik perahu lebih dekat ke bibir
pantai supaya kita tidak terlalu basah. So, saran saya, jika ketika
meninggalkan Gili Labak sudah dalam keadaan rapi jali, sebaiknya sabar dulu
yaa. Insya Allah dibantuin kok sama tukang perahunya. Soalnya saya liat ada
rombongan ibu-ibu yang bergamis syari pun bisa kok naik ke perahu tanpa harus
berbasah-basahan.
Akhirnya, dalam keadaan basah
kuyup sampai ke perut itu lah, saya menempuh perjalanan selama 2 jam kembali ke
Sumenep. Alhamdulillah tapi, lagi-lagi perjalanan kami diberkahi Allah dengan
cuaca yang cerah, malah cenderung tidak berangin. Jadi goyangan perahu tidak
separah saat berangkat.
Minggu 15:00-16:00. Istirahat di wisma tamu
Back to wisma tamu. Di sini kami
istirahat lagi untuk memberi kesempatan anggota rombongan yang belum sempat
ishoma di Gili Labak. Terus sebelum pulang kami juga disuguhi nasi soto (yang
sudah masuk dalam paket tournya).
Minggu 16:00-21:00. Perjalanan ke Surabaya
Perjalanan pulang memakan waktu
lebih lama ketimbang berangkatnya. Karena kami sempat mampir sebentar ke tempat
toko oleh-oleh. Sampai di Stasiun Gubeng Baru, arloji saya menunjukkan waktu
jam 9 malam kurang dikit.
Nah, itu tadi cerita lengkapnya
sesuai janji saya ke temen-temen yang tempo hari sempet nanya-nanya di fesbuk.
Oya, kalau yang mau bawa anak-anak si sebenernya ngga papa. Asalkan usianya
udah nggak balita kali ya. Terus juga yang bisa tahan sama gelombang laut.
Terus kalau emang mau diajak snorkeling, pastikan dulu apakah akan diajak
snorkeling di tempat yang berarus kuat. Jika memang semua spot snorkeling di
Gili Labak berarus kuat, sebaiknya nggak usah diajak kali yaa. Cukup liat-liat
situasi aja dari atas kapal, atau berenang-renang di pinggir pantai. Soalnya
untuk ukuran orang dewasa yang bisa berenang kaya saya, rasanya capek banget
lho mempertahankan diri agar nggak keseret arus.
But trust me, main-main di
pantainya yang indah aja udah pasti bikin anak-anak seneng. Saya dan suami
sudah kepikiran kelak ingin ngajak anak-anak kemping di Gili Labak, supaya kita
bisa renang-renang sepuasnya. Huwiiii…!!!!
Oya hampir lupa, untuk informasi lebih detil soal trip dan destinasi lainnya, silakan kontak @AtJava ya, monggo langsung meluncur ke instagramnya mereka.
Oya hampir lupa, untuk informasi lebih detil soal trip dan destinasi lainnya, silakan kontak @AtJava ya, monggo langsung meluncur ke instagramnya mereka.