Rabu, 17 Agustus 2011

Antara Meeting, Waktu dan Perusahaan


Pernahkah mengalami hal semacam ini?

- Anda diundang meeting, namun sudah tiba jam yang ditentukan, ternyata di ruang meeting hanya ada Anda seorang diri.
- Anda menjadwalkan sebuah meeting, namun untuk menghadirkan peserta meeting, Anda harus menelpon mereka satu per satu padahal undangan sudah disosialisasikan sebelumnya.
- Anda sedang meeting dan tidak bisa berkonsentrasi karena meeting molor dari waktu yang ditentukan, sedangkan Anda masih punya sederet agenda lain yang menanti.
- Anda sedang diundang meeting dan berhalangan datang tepat waktu karena banyak pekerjaan namun Anda merasa bersalah luar biasa karena sampai ditelfon untuk datang ke ruang meeting.

Jika jawabannya mayoritas “Pernah”, maka saya perlu mengucapkan “Selamat”, karena Anda termasuk orang yang menganggap penting suatu besaran fisika, yakni: “Waktu”.

Mengapa contoh kasusnya adalah meeting? Karena meeting merupakan kegiatan penting dalam menjalankan roda perusahaan. Namun sayangnya masih banyak orang yang menganggapnya remeh dengan tidak menghadirinya tepat waktu. Padahal dengan begitu, ada potensi inefisiensi yang tidak terlihat dan tentunya akan merugikan perusahaan.

“Time is money”, demikian jargon yang sudah umum di kalangan masyarakat. Jika begitu berarti waktu bisa membuat kita banyak uang?. Benar sekali, maka dari itulah sebelumnya saya mengucapkan “Selamat” bagi orang yang menganggap Waktu sama pentingnya dengan Uang, karena itu berarti Anda punya kecenderungan untuk menjadi kaya.

Walaupun Waktu identik dengan Uang, namun di antara keduanya terdapat perbedaan yang bertolak belakang. Untuk mendapatkan uang, kita harus melakukan suatu usaha untuk meraihnya. Semakin keras kita berusaha, maka cenderung semakin banyaklah uang yang kita dapatkan (dengan seijin Tuhan tentunya). Sedangkan untuk waktu, semua orang mempunya porsi yang sama. Mau orang kaya, miskin, orang tua, muda, anak sekolah, mahasiswa, karyawan, buruh, pengusaha, tukang becak, pengamen, semuanya memiliki jatah waktu 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu.

Jika semua orang memiliki jatah waktu yang sama, lantas apa yang membedakan sehingga ada orang yang sukses atau tidak? Jawabannya adalah dari bagaimana cara mereka menghargai waktu. Apakah waktu dianggap sebagai angin lalu yang tidak penting, ataukah dianggap sebagai sumber daya yang begitu penting untuk mensupport kelangsungan hidup?
“Waktu” ibarat sebuah log book laporan kerja. Kebanyakan karyawan, termasuk karyawan bogasari, biasanya membuat laporan kerja yang nantinya diperiksa dan dievaluasi oleh atasannya. Yang level operator akan diperiksa oleh Foreman atau Supervisor, yang Supervisor akan diperiksa oleh Manager, yang Manager akan diperiksa oleh Direktur, demikian seterusnya. Jika log book atau laporan kerja ditulis secara rapi, dengan bahasa yang bagus dan berisikan hal-hal yang berkualitas, tentunya akan membuat si atasan senang. Namun jika yang dituliskan adalah hal yang tidak baik, masalah-masalah tanpa solusi, ditambah dengan bahasa dan tulisan yang acak-acakan, sudah pasti akan mengundang amarah sang atasan. Pun demikian jika tidak ada tulisan sama sekali alias kosong melompong.

Begitu kira-kira analogi cara pemanfaatan waktu yang kita punya. Apakah kita akan mengisi lembar demi lembar (baca: hari demi hari) dengan kegiatan yang berkualitas, semisal bekerja, membaca buku dan beribadah atau mengisinya dengan nonton sinetron sepanjang hari, ngobrol sana sini untuk hal yang tidak penting atau bahkan melakukan hal yang melanggar hukum. Dan yang lebih parah lagi, tidak mengisinya sama sekali alias bermalas-malasan atau tidur sepanjang hari.

Masuk dalam golongan yang manakah Anda? silahkan dijawab sendiri. Yang jelas, apapun yang akan Anda tuliskan dalam log book tersebut akan dipertanggungjawabkan pada Sang Atasan, dan Dia akan memberikan bonus pada orang yang konsisten mengisi log booknya dengan hal yang baik sepanjang waktu. Itulah alasan mengapa di awal tadi saya bilang bahwa perbedaan antara orang sukses dan tidak terletak dari bagaimana caranya mengisi waktu.

Namun memanfaatkan waktu untuk hal yang berkualitas belumlah cukup. Dalam ilmu fisika, waktu merupakan variabel dalam menentukan kecepatan (jarak/waktu) dan percepatan (jarak/waktu2). Dan sudah jamak diketahui bahwa hampir dalam semua kompetisi, sang pemenang biasanya adalah yang tercepat (kecuali dalam lomba sepeda lambat). Kita semua tahu bahwa dalam setiap tahapan kehidupan tidak lepas dari persaingan. Mulai dari di sekolah, di universitas, di tempat kerja, dalam dunia usaha, akan selalu kita jumpai kompetitor (bahkan untuk bayi juga ada adu cepat merangkak). Apabila kita tidak cepat-cepat dalam segala hal, makan cepat, berjalan cepat, membaca cepat, cepat “up date” informasi dan teknologi, cepat beradaptasi, cepat belajar, cepat berpikir dan cepat “take action”, maka kita akan kalah bersaing.

Jika ada yang mengatakan: “biar lambat asal selamat”, mengapa tidak dijawab: “cepat juga bisa selamat asalkan akurat”? Rumusnya sederhana saja, S = K2, dimana S adalah Sukses dan K adalah Kualitas dan Kecepatan. Jika produk/jasa dihasilkan dalam waktu singkat tapi kualitasnya buruk, maka akan kalah bersaing dengan kompetitor. Demikian juga jika kualitas yang dihasilkan bagus, tapi waktu produksinya lama, maka customer akan mencari peluang ke kompetitor. Kedua variabel K tersebut harus saling bersinergi untuk sukses mendapat customer.

Kesimpulannya, waktu akan mendatangkan kesuksesan jika digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang berkualitas dengan cepat (bahasa anak mudanya: jangan lelet). Jika kedua hal tersebut (kualitas dan kecepatan) digunakan dalam mengerjakan pekerjaan di perusahaan, niscaya perusahaan akan semakin mudah mengalahkan kompetitor. Jadi tidak cukup hanya dengan datang ke kantor dan melakukan handkey tepat waktu, jika di antara jam masuk dan jam pulang tidak dipakai untuk bekerja cepat mutu tinggi. Minimal mari kita mulai dari hal kecil, misalnya menghadiri undangan meeting tepat pada waktunya 

Kata kunci: waktu, kualitas, kecepatan, sukses

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)