Rabu, 03 Agustus 2011

Puasa Saat Hamil/Menyusui, Why Not?

Ini hari kedua bulan Ramadhan 1432 Hijriyah. Jadi ingat bulan puasa tahun lalu saat sedang menyusui anak kedua, juga beberapa tahun sebelumnya saat sedang hamil anak pertama. Seharusnya saat-saat itulah kesempatan emas untuk bisa melaksanakan ibadah puasa satu bulan full, namun apa di kata, angan-angan untuk 30 hari berpuasa terpaksa “bolong”.
Tapi bagaimanapun juga hal itu harus sangat disyukuri, karena Tuhan memberi kekuatan untuk menjalani puasa selama hamil dan menyusui, walaupun pada akhirnya harus off 2-3 hari karena sakit.
Sebelumnya saya sempat juga mencari beberapa informasi mengenai kewajiban berpuasa seorang wanita yang sedang hamil atau menyusui, ternyata memang bagi mereka berhak mendapatkan “privilege” untuk tidak berpuasa selama hamil dan menyusui demi kebaikan jabang bayi atau anak yang sedang disusui.
Tapi...ada tapinya nih, yang namanya kewajiban, walaupun dapat keringanan tetep aja ada kompensasinya. Nah untuk itu ada beberapa pendapat dari para ustadz.
Ada yang bilang cukup menggantinya dengan membayar fidyah (memberi makan orang miskin sebesar biaya makan kita sehari-hari dikalikan jumlah hari puasa yang ditinggalkan). Jadi kalau kita biasa makan sehari habisnya 20 ribu, maka fidyah yang harus dibayarkan kalau kita tidak puasa sebulan penuh adalah 20 ribu kali 30 atau 600 ribu. Fidyah memang keringanan yang diberikan bagi para orang tua atau orang sakit, dan hamil atau menyusui dianggap masuk kategori sakit.
Ada yang bilang puasa 30 hari tetap harus diganti dengan berpuasa juga. Soalnya hamil atau menyusui tidak dianggap sakit.
Nah pendapat ketiga ada yang mengatakan bahwa meninggalkan puasa karena hamil atau menyusui harus diganti keduanya, yakni berpuasa dan membayar fidyah. Ini disebabkan meninggalkan puasa karena mengkhawatirkan/menolong orang lain, yakni si calon bayi dan anak yang sedang disusui. Jadi misalnya, kita menolong orang yang tenggelam dan lantas terpaksa berbuka karenanya, kita wajib menggantinya selain dengan berpuasa juga dengan membayar fidyah. (Ini hasil ikut pengajian tahun lalu di rumah tetangga).
Well, bagi saya kompensasi yang harus dibayar agak berat juga, terutama yang bagian mengganti puasanya. Habisnya, saya kok nggak pede bisa mengganti 30 hari berpuasa seorang diri dalam jangka waktu 11 bulan sebelum datang bulan Ramadhan berikutnya (itu juga kalau umur saya nyampe segitu). Bagaimanapun juga, puasa di bulan Ramadhan lebih enak karena banyak temannya, godaan pun lebih sedikit, pendeknya suasana lebih kondusif lah.
Akhirnya, setelah berkonsultasi dengan dokter dan dinyatakan kuat untuk berpuasa, atas ijin Allah saya berhasil menjalani ibadah puasa dalam kondisi hamil 5 bulan dan menyusui bayi berusia 3 bulan. Alhamdulillah selama menjalani masa kehamilan tidak ada halangan yang berarti. Pun demikian dengan saat menyusui, saya masih tetap bisa memerah ASI di kantor dengan kuantitas yang tidak jauh berbeda dengan saat tidak berpuasa. Sehingga saya berhasil juga melewati masa ASI eksklusif untuk si kecil.
Tapi saya bukan satu-satunya orang yang diberi Allah kekuatan untuk menjalani puasa dalam kondisi hamil atau menyusui. Banyak juga kenalan, saudara dan teman sekantor yang menjalani hal yang sama. Malah ada juga yang sedang hamil muda, dengan frekuensi mual dan muntah yang cukup sering, ia tetap bisa melaksanakan ibadah rukun islam keempat ini 1 bulan penuh.
Ada juga yang sedang hamil tua menjelang detik-detik kelahiran, berhasil pula puasa penuh.
Sejujurnya sih, karena saya sudah pernah mengalami keduanya. Berpuasa saat menyusui berasa lebih berat dibanding saat berpuasa dalam kondisi hamil. Namun karena ada juga teman sekantor yang kebetulan juga sedang menyusui, jadi kami sama-sama saling memotivasi agar bisa berpuasa. Hasilnya, teman saya itu sukses puasa penuh, sedang saya sempat bolong di 2 hari terakhir.

Nah, berpuasa atau berbuka saat hamil atau menyusui memang sangat tergantung dari kekuatan masing-masing Ibu. Bagi para Ibu yang tetap bertekad untuk menjalankan ibadah puasa di bulan yang penuh berkah ini, mungkin saran-saran di bawah ini bisa jadi masukan untuk menghadapi bulan Ramadhan hingga tiba hari kemenangan.

1. Niatkan untuk beribadah, insya Allah Dia akan memberikan kekuatan.
2. Tetap percaya diri bahwa Allah tetap akan memberikan rejeki pada jabang bayi atau bayi yang sedang disusui.
3. Pasrah saja jika ASI yang didapat tidak banyak, karena Allah telah menetapkan rejeki masing-masing makhlukNya. Mungkin saja hari itu Allah telah menetapkan rejeki bayi kita harus minum susu formula.
4. Ajak bicara si jabang bayi dalam kandungan atau bayi yang sedang disusui bahwa ibunya sedang berpuasa.
5. Atur jam makan agar tetap bisa makan dengan quantity yang sama dengan saat tidak puasa (jadi hanya geser jam makannya saja)
6. Kurangi kegiatan fisik agar tidak terlalu capek
7. Dan jangan lupa, hindari stress.

Nah Moms....mumpung sedang bulan baik, yuk kita cari pahala sebanyak-banyaknya dengan menunaikan ibadah puasa. Insya Allah, ini akan menjadi pondasi untuk mendidik anak-anak yang sholeh dan sholehah. Tapi kalau memang fisik tidak kuat, ya tidak perlu memaksakan diri. Karena Allah tidak akan memberatkan umatNya. (Wallahu ‘alam bissawab).

Mohon maaf lahir batin jika tulisan ini kurang berkenan.

Oya, foto ibu cantik di atas saya comot dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)