Selasa, 09 Agustus 2011

Yuk Selamatkan Bumi (Seri 1)

Global Warming Yang Sedang Naik Daun

Belakangan ini kata-kata semacam pemanasan global, efek rumah kaca, go green dan semacamnya sedang naik daun bak penyanyi remaja Justin Bieber. Apalagi dengan dirilisnya film “2012” yang menggambarkan kehancuran bumi besar-besaran hingga memusnahkan sebagian besar umat manusia, semakin gencar pulalah LSM-LSM mengkampanyekan keselamatan bumi dari pemanasan global.

Hah, memangnya bumi sakit panas?

Sebelumnya, mari kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan pemanasan global dan efek rumah kaca.

Sebenarnya Tuhan sudah menciptakan Bumi dan alam semesta ini dengan sangat sempurna. Suhu dingin di luar angkasa menyebabkan manusia tidak mungkin bisa tinggal di sana. Suhu udara di planet tetangga (Mars) yang memiliki lapisan atmosfer yang sangat tipis berkisar -32oC. Oleh karenanya Tuhan menciptakan gas rumah kaca yang berfungsi untuk menyerap panasnya matahari sehingga Bumi menjadi cukup hangat untuk ditinggali makhluk hidup. Gas-gas rumah kaca itu misalnya karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NO) dan CFC.

Pada takaran yang pas, gas rumah kaca memang sangat diperlukan untuk kehidupan semua makhluk hidup. Namun apa yang terjadi jika konsentrasi gas rumah kaca meningkat sehingga panas yang diserap juga semakin banyak? Betul, otomatis suhu rata-rata bumi semakin meningkat dan itulah yang disebut dengan pemanasan global atau bahasa bulenya “Global Warming”.

Dampak global warming secara nyata sudah kita rasakan. Dari tahun ke tahun suhu udara sekitar semakin panas, cuaca dan iklim tak menentu dan tidak bisa diprediksi. Namun sesungguhnya masih banyak dampak lain yang tidak bisa dirasakan oleh kita yang hidup di Indonesia. Mari kita lihat satu per satu:

Dampak #1: Mencairnya Es di Kutub Utara dan Selatan
Pada tahun 2007, es di Greenland yang mencair telah mencapai 19 juta ton. Di Artik pada tahun yang sama, volume es tinggal separuh dari volume es yang ada 4 tahun sebelumnya. Bahkan menurut prediksi seorang ahli iklim NASA, seluruh es kutub utara dan selatan akan lenyap pada tahun 2012.

Dampak #2: Naiknya Level Permukaan Air Laut
Otomatis mencairnya es di kutub berdampak langsung pada meningkatnya level permukaan air laut. Ini bahkan sudah mulai bisa dirasakan di daerah pelabuhan Jakarta dengan semakin meningkatnya frekuensi banjir. Menurut hipotesa para ahli, jika seluruh es di Greenland mencair, maka level permukaan air laut akan meningkat setinggi 7 m, dan itu cukup untuk menenggelamkan daerah pantai, pelabuhan dan dataran rendah di seluruh dunia.

Dampak #3: Perubahan Iklim/Cuaca Yang Sangat Ekstrim
Ini dampak yang juga kita rasakan di Indonesia. Akibat langsungnya adalah banyak petani yang merugi karena gagal panen. Bencana alam akibat angin topan dan banjir juga kerap terjadi di berbagai belahan dunia.

Dampak #4: Gelombang Panas Menjadi Semakin Panas
Tahun 2007 tercatat di Utah, Amerika Serikat, suhu gelombang panas mencapai 48oC dan bahkan di daerah Death Valley, California hingga 53oC (sebagai perbandingan di Surabaya suhu udara rata-rata 30-37oC). Pemerintah setempat bahkan mengumumkan kondisi saat itu sebagai darurat siaga 1. Akibat gelombang udara panas tersebut, banyak korban meninggal karena kepanasan (heat stroke), matinya beragam spesies air tawar, rusaknya hasil panen, kebakaran hutan dan matinya hewan ternak.

Dampak #5: Mencairnya Gletser Sebagai Cadangan Air Bersih Dunia
NASA mencatat selama tahun 1960-2006, volume gletser yang hilang sebanyak 8000 meter kubik. Bisakah dibayangkan bagaimana jadinya kehidupan makhluk hidup tanpa adanya air bersih?

Kelima dampak di atas hanya awal dari rentetan efek-efek buruk lainnya semisal adanya pergeseran ekosistem, munculnya berbagai macam penyakit dan meningkatnya jumlah pengungsi akibat bencana alam yang tentu saja secara efek domino menimbulkan banyak problema baru.

Mungkin hal-hal di atas itulah yang mengilhami Hollywood menciptakan film-film semacam “The Day After Tomorrow” yang menggambarkan datangnya zaman es baru karena perubahan keseimbangan garam di laut yang diakibatkan mencairnya es di kutub. Juga film “Waterworld” di era 90-an yang menggambarkan perjuangan sekelompok manusia mencari daratan. Dan tentu saja film yang belakangan paling menghebohkan, “2012” yang menceritakan terulangnya kembali bencana alam terbesar di era Nabi Nuh.

Kita tentunya tak mau Bumi yang sudah kian menua ini semakin menderita bukan? Oleh karenanya, yuk kita selamatkan Bumi agar Bumi tetap nyaman untuk ditinggali oleh kita dan anak cucu kita kelak. Caranya sebenarnya mudah sekali, dimulai dari hal kecil dan bisa diawali dari rumah kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)