Sebaiknya sebisa mungkin Anda
tidak berurusan dengan yang namanya laskar wanita. Seram soalnya. Pertama kali
berjumpa, saya sempat ngeri juga. Berjenis kelamin perempuan, bertubuh besar, berpakaian
serba hitam, bercadar, bersuara keras dan bernada membentak, terutama jika kita
melakukan kesalahan seumpama shalat di tempat yang salah. Tapi beberapa lama
kemudian saya terbiasa dan mulai mengerti mengapa mereka melakukan itu.
Masjidil Haram dan Masjid
Nabawi adalah masjid yang dikunjungi jutaan orang tiap harinya. Mereka datang
dari berbagai negara dengan berbagai bahasa dan budaya. Kalau tidak ada laskar,
entah apa jadinya dengan ketertiban di kedua masjid suci ini. Orang mungkin
seenaknya akan menggelar sajadah di anak-anak tangga, di jalan-jalan masuk atau
lebih parah lagi, bercampur antara jamaah laki-laki dan perempuan. Untuk itulah
para laskar ini ada. Mereka akan mengawasi sebuah blok tempat shalat dan
menghalangi akses masuk ke tempat itu dengan tubuh besarnya jika dilihat sudah
tidak ada lagi shaf yang kosong.
Melihat wujud laskar yang
galak, jangan keburu berburuk sangka. Merekalah yang berperan menjaga
kenyamanan beribadah para tamu Allah. Jika suatu saat mereka melarang untuk
shalat di suatu tempat, itu karena memang tempat itu mungkin akses jalan umum.
Namun jangan khawatir, mereka tidak hanya asal melarang tapi juga akan
menunjukkan tempat lain yang bisa kita pakai untuk shalat.
Jangan takut Anda sampai tidak
bisa melakukan shalat sunnah setelah thawaf di depan multazam. Sepenuh-penuhnya
tempat tersebut, insha Allah para laskar ini tetap akan memberi kesempatan
untuk shalat (walaupun tidak untuk berdoa lama-lama).
Satu lagi, segalak-galaknya
laskar, mereka tidak akan berani mengganggu saat kita sedang shalat. Mereka
akan menunggu hingga kita selesai salam, baru kemudian melakukan “pengusiran”
jika kita shalat di tempat yang salah.
Selain mengenai tempat shalat,
para laskar juga sangat ketat dengan barang bawaan. Kamera adalah contoh benda
yang dilarang untuk dibawa masuk. Ponsel berkamera masih diijinkan untuk dibawa
masuk selama di dalam tidak dipakai mengambil gambar secara berlebihan. Sebaiknya
saat hendak masuk, usahakan ponsel berada di dalam saku untuk berjaga-jaga agar
tidak menjadi masalah.
Jika ada laskar wanita,
tentunya ada juga laskar laki-laki. Tapi saya lebih ngeri menghadapi yang
wanita. Laskar laki-laki lebih halus. Caranya memeriksa barang bawaan juga
tidak kasar. Caranya “mengusir” jamaah yang salah tempat shalat juga tidak
membuat bulu kuduk merinding.
Tapi keberadaan laskar-laskar
ini memang penting. Masjidil Haram mungkin akan menjadi masjid yang ruwet dan
tidak nyaman digunakan untuk beribadah seandainya mereka tidak ada. Walaupun
terlihat seram dan galak, sesungguhnya mereka lah yang punya peranan besar
memanjakan tamu-tamu Allah agar lebih nyaman beribadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.