Minggu, 12 Mei 2013

Catatan #5. Kebersihan Masjidil Haram



Masjidil Haram bagaikan mall 24 jam. Bedanya orang datang ke sana untuk mencari ampunan, rahmat dan syafaat.  Di malam hari, tempat ini justru ramai-ramainya. Waktu-waktu yang paling sepi adalah antara setelah shalat Shubuh dan shalat Dhuhur. So, untuk areal masjid yang sedemikian besarnya, terbayangkah bagaimana cara bersih-bersihnya jika tempat itu tidak pernah sepi pengunjung?
Untuk pelataran luar, para petugas akan membuat batas-batas area dengan menggunakan semacam tali police line. Tiga atau empat petugas akan menggunakan tubuhnya sendiri sebagai tiang. Sementara rekan-rekan yang lainnya akan membersihkan area yang telah dibatasi itu dengan cairan berbau karbol.
Biasanya ini dilakukan saat siang hari saat jarak antara shalat Shubuh dan Dhuhur agak panjang. Kenapa begitu? Sebab pelataran Masjidil Haram akan disulap menjadi areal shalat saat menjelang waktu shalat. Pembatas-pembatas akan dipasang sekitar satu jam menjelang waktu adzan untuk memisahkan area shalat bagi perempuan, laki-laki dan untuk jalur pejalan kaki. Sebuah karpet polimer berwarna kelabu akan dipasang sebagai penunjuk bagi jamaah yang baru menginjak pelataran masjid agar mudah menemukan arah pintu masuk.
Jika pelataran masjid sudah hampir pasti tidak akan ditempati jamaah di luar waktu-waktu shalat, lain halnya dengan di bagian dalam Masjid, terutama di lantai satu. Di tempat ini, masih banyak ditemui jamaah yang sedang shalat Dhuha, berdzikir, mengaji atau menunggu kerabatnya yang sedang thawaf atau sa’i. Golongan orang-orang yang melepas lelah juga banyak, mulai yang sekedar menikmati air zam-zam dari dispenser yang berlimpah ruah, duduk-duduk, berbaring sampai tidur lelap.
Luasnya area masjid mungkin menyebabkan acara bersih-bersih masjid tidak akan selesai di waktu Dhuha. Itu sebabnya, saat kami sedang duduk manis di shaf masing-masing menunggu waktu adzan, 2-3 orang petugas akan menyuruh kami berdiri (tapi tidak boleh jauh-jauh, agar shafnya tidak ditempati orang lain), sehingga mereka bisa membersihkan karpet dengan vacuum cleaner sementara kami berdiri.
Mengenai sampah di masjid, tidak perlu khawatir. Petugas kebersihan akan secara periodik berlalu lalang di antara baris-baris shaf sambil membawa sebuah kresek besar. Dia bertugas mengumpulkan sampah-sampah yang diproduksi oleh para jamaah, berupa gelas plastik, bungkus makanan, tissue, biji kurma dan lain-lain.
Jangan heran mengapa sampah-sampah ini ada. Kebanyakan jamaah (termasuk saya), lebih suka tinggal di Masjid di antara beberapa waktu shalat, misalnya antara shalat Maghrib-Isya, antara shalat Lail-Shubuh. Nah, di antara waktu-waktu tersebut, tak jarang jamaah akan membongkar bekal makanan kecilnya dan menikmatinya di tempat shalat. Apalagi mereka yang membawa anak kecil, biasanya jika sekedar permen saja pasti ada.
Kalaupun tidak demikian, di antara waktu-waktu tersebut, biasanya ada di antara jamaah yang membagi-bagikan makanan; kurma, buah-buahan atau kue. Jika sudah demikian, maka sudah dipastikan yang namanya sampah pastilah akan ada.
Agar tidak mengganggu kekhusyukan beribadah dan kebersihan masjid, maka petugas-petugas kebersihan akan berkeliling di antara jamaah sambil membawa tas plastik. Jamaah yang kebetulan dilewati akan langsung otomatis memungut sampah-sampah di dekatnya dan memasukkannya ke dalam kantong tersebut.
Demikian juga di area tahallul. Sebuah tempat sampah besar memang sudah disediakan. Namun seorang petugas kebersihan juga sudah stand-by dengan sapu dan “cikrak” untuk menampung bekas potongan rambut para jamaah yang menutup ritual umrah atau hajinya.
Di tempat di mana deretan dispenser air zam-zam diletakkan juga demikian. Petugas kebersihan akan senantiasa waspada untuk menjaga agar area pengambilan air zam-zam selalu bersih dan kering.
Hasilnya memang patut diacungi jempol. Masjidil Haram, yang dikunjungi jutaan manusia tiap harinya, adalah tempat yang bersih. Nyaris tidak ada sampah berceceran. Karpet alas shalat pun tidak berbau apak. Lantai masjid pun tidak becek, walaupun hampir di mana-mana terdapat dispenser air zam-zam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)