Baitullah (a.k.a Ka’bah)
adalah tempat yang menakjubkan. Padahal dia bukan bangunan yang tinggi
menjulang dengan arsitektur luar biasa. Dia hanyalah sebuah bangunan berbentuk
kubus yang ditutupi kiswah berwarna hitam dan bersulam rangkaian huruf-huruf
Arab dengan benang emas. Tapi keberadaannyalah yang membuat milyaran umat Nabi
Muhammad rela menempuh perlananan ribuan kilometer demi bisa mengunjunginya.
Konon katanya,
sekeras-kerasnya hati seseorang, dia akan menangis begitu melihat Ka’bah.
Dan memang benar demikian. Saya
memperhatikan beberapa anggota jamaah rombongan kami sibuk menyeka air mata
ketika hari pertama kami menginjakkan kaki di Masjidil Haram. Tak ada kata yang
sanggup menggambarkan bagaimana perasaan kami kala untuk pertama kalinya
melihat rumah Allah. Terasa sekali kehadiran sang Maha Pencipta begitu dekat.
Masha Allah. Benarlah, kami memang saat itu bisa berada di sana, tidak lain dan
tidak bukan adalah karena Allah yang memanggil.
Ketika thawaf, saya menjumpai banyak
orang dengan air mata berleleran di pipi. Hanya Allah yang tahu arti
masing-masing air mata yang meleleh di pelataran Ka’bah. Dosa yang dimohonkan
ampunan, hajat yang dipanjatkan untuk dikabulkan, atau keharuan-keharuan lain
yang tidak bisa didefinisikan.
Duhai
Allah,
Anak
nakal ini datang
Anak
manja ini memenuhi panggilanMu
Anak
berlumur dosa ini menginjakkan kaki di rumahMu
Berthawaf
bersama jutaan hambaMu
Sungguh
bukan apa-apa yang membawaku kemari melainkan Engkau
Tidaklah
kehendakku yang membawaku kemari melainkan kehendakMu
Walau
diri ini merasa tidak cukup pantas menjadi tamuMu
credit photo; google image.
credit photo; google image.
sumpah... nangis terharu... rindu makin memuncah kapan bisa ke sana. bersujud lebih dekat. bersujud saja sdh merupakan jarak terdekat hamba dan Tuhannya, apalagi di rumah-Nya... semoga bisa segera menyusul. amin. :')
BalasHapus