Jumat, 13 Mei 2011

Tersangkanya Adalah Chikungunya


Pagi itu pagi yang biasa saja. Setelah memandikan si bungsu, saya bergegas memanggil si sulung untuk segera mandi mengingat hari itu hari Rabu, waktunya dia masuk kelas Playgroup. Jadi saya harus memastikan dia sudah mandi sebelum saya berangkat kerja. Memang sudah kebiasaan jika si sulung ini agak “sulit” jika disuruh mandi, biasanya dia akan mengemukakan puluhan alasan untuk menunda ritual mandinya. Maka dari itu saya merasa tidak curiga saat dia bilang bahwa kaki dan tangannya sakit sambil merengek-rengek tidak mau mandi.

Karena merasa waktu sudah semakin mepet dengan jam berangkat kerja, saya tidak memperdulikan rengekan dan tangisannya. Saya mandikan dia seperti biasa disertai pesan-pesan agar dia tidak bolos sekolah. Malah saya setengah memarahi dan mengatakan bahwa dia hanya mencari-cari alasan saja (Duh kalau inget-inget itu rasanya nyeseeel banget).

Pukul 9.00, ponsel saya berdering. Si Mbak mengabarkan bahwa gadis kecil saya panas dan kakinya sakit, sampai-sampai pulang sekolah minta dijemput. Bahkan waktu pipis di sekolah harus dibopong ke toilet. (Sekolahnya hanya selisih 3 rumah, dia biasa berangkat dan pulang sekolah sendiri). Tanpa mempedulikan pekerjaan yang menumpuk, saya langsung minta ijin pulang. Saya pikir percuma saja saya di kantor kalau terus kepikiran rumah, walau dokter spesialis anak langganan kami baru praktek malam harinya.

Betapa kuatirnya saya saat melihat dia sangat lemah, bahkan untuk membalikkan badan di tempat tidur dia mengeluh kesakitan seakan-akan sekujur tubuhnya didera nyeri yang luar biasa.

Kebetulan suami sedang ke luar kota, jadi saya terpaksa mengantar anak kami ke dokter sendirian (si Mbak harus menjaga adiknya yang masih bayi). Agak sulit juga karena dia hampir tidak bisa berjalan. Sungguh kasihan saya melihat gadis saya yang biasanya lincah dan ceria, kini hanya bisa duduk diam karena hanya untuk berdiri saja dia berteriak dan menangis melampiaskan sakit di sendi-sendinya. Saat itu hanya hal-hal buruk yang ada di pikiran saya melihat anak saya yang seakan-akan lumpuh.

Dokter menduga demam berdarah melihat panasnya yang tinggi dan tiba-tiba. Beliau memberi resep antibiotik dan surat pengantar ke lab jika setelah 3 hari demam tidak turun. Sayangnya saya lupa nama antibiotiknya, yang jelas harganya agak lebih mahal dibanding antibiotik yang biasa diberikan padanya saat kena radang.

Untung saja, menjelang hari ketiga panasnya mulai turun, tapi karena khawatir saya bawa ke lab untuk cek darah. Alhamdulillah hasilnya negative untuk demam berdarahnya ditunjang juga dengan trombositnya yang berada di kisaran normal. Saya memang tidak kembali untuk konsultasi ke dokter anak karena kondisinya yang kian membaik. Tapi saya masih penasaran , apa gerangan yang menyebabkan anak saya bisa sampai seperti itu. Dugaan saya adalah : CHIKUNGUNYA.

Ya, penyakit yang disebarkan oleh vektor yang sama dengan DBD itu saya curigai sebagai tersangka. Gejala-gejala yang ditimbulkan pun hampir sama, yakni: demam tinggi hingga 39 C, nyeri hebat di seluruh persendian dan muncul ruam-ruam kemerahan di permukaan kulit. Hanya saja, pada chikungunya tidak ditemukan pendarahan hebat, shock maupun kematian dan biasanya sembuh dengan sendirinya setelah 3-5 hari. Penyebab penyakit ini adalah alphavirus dan disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypty (Wikipedia)

Penyakit ini bisa menyerang orang dewasa maupun anak-anak. Pada orang dewasa, gejala nyeri pada tulang dan sendi sangat dominan hingga seakan-akan menimbulkan kelumpuhan.

Hingga kini, saya memang tidak bisa memastikan apakah memang si sulung kami terserang Chikungunya atau bukan. Yang jelas, saya jadi lebih well informed bahwa memang ada demam yang disertai nyeri tulang hebat hingga seakan-akan lumpuh.

Hanya saja wong yang namanya juga ibu-ibu, tetap saja saya selalu panik luar biasa tiap kali buah hati kami terserang demam, walaupun itu hanya demam ringan yang menyertai flu...

1 komentar:

  1. Jadi setelah diobati antibiotik dari dokter itu, langsung sembuh ya buk anaknya? Saat ini kami sekeluarga juga terkena Chikungunya. Udah hampir sebulanan. Badan terasa nyeri2 linu. Setelah diobatin terasa enakan. Tapi selang beberapa hari kambuh lagi linunya.

    Dulu waktu pertama kena, muncul juga ruam-ruam bintik2. Tapi sekarang sudah tidak. Hanya linu2nya itu lho. Gmn cara penyembuhannya bu?

    BalasHapus

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)