Sabtu, 28 Mei 2011

Bayi kuning

Bayi kedua saya tidak langsung kuning saat lahir. Entah mengapa saat dibawa pulang, baru keliatan warna matanya tidak secerah sebelumnya. Memang tidak kuning sekali, hanya keruh saja. Di samping itu, bayi saya terkesan malas sehingga banyak tidur. Akibatnya dia minum ASI sedikit sekali. Warna kuning tampak pada mata saja, sedangkan warna kulitnya normal. (Saya tidak tahu apakah karena warna kulit anak kedua saya memang sedikit lebih gelap dibanding kakaknya, sehingga warna kuningnya tidak kelihatan).

Sebenarnya dokter sudah menduga bahwa bayi saya kuning saat masih di rumah sakit, oleh karenanya dia memberi resep obat untuk fungsi hati???? Saya heran juga bayi baru lahir kok sudah dikasih obat. Tapi saya tidak berani membantah. Obat itu tetap saya beli, tapi hanya saya minumkan sekali. Terus terang feeling saya tidak pas melihat bayi saya yang baru lahir sudah dicekoki obat-obatan kimia.

Merasa tidak puas dengan informasi dari dokter anak, saya berusaha mencari sendiri informasi mengenai fenomena bayi kuning yang dialami bayi saya.

Kulit kuning pada bayi sebenarnya normal. Berdasarkan hasil analisa RS Cipto Mangunkusumo dan Universitas Indonesia, sekitar 32.19% bayi di Indonesia menderita kuning. Kondisi ini berlangsung antara hari pertama hingga kelima setelah ia dilahirkan. Warna mata terlihat pada bagian kulit dan mata.

Penyebab kejadian ini adalah adanya peningkatan kandungan bilirubin dalam darah. Organ hati bayi baru belum sepenuhnya berfungsi memecah sel darah merah sehingga bilirubin meningkat. Kandungan bilirubin yang tinggi dalam darah inilah yang meyebabkan muncul warna kuning pada bayi. Untuk mengukur kadar bilirubin, dokter akan mengambil contoh darah bayi.

Warna kuning biasanya mulai menghilang ketika bayi berusia seminggu hingga sepuluh hari. Kondisi ini berlangsung lebih lama pada bayi prematur. Untuk mempercepat pemulihan, pastikan bayi mendapat cukup cairan terutama ASI. ASI adalah obat pencahar alami yang membantu mengeluarkan meconium dari usus bayi. ASI juga membantu mengurangi resiko kuning.

Saya disarankan untuk menjemur bayi di bawah sinar matahari selama kurang lebih 30 menit sebelum jam 8 pagi dan memperbanyak memberikan ASI. Kedua hal tersebut dapat membantu memecah bilirubin. Anak sepupu saya yang juga kuning diberi dokter semacam vitamin penambah nafsu makan agar bayi lebih bernafsu mengkonsumsi ASI, hal ini dikarenakan bayi kuning cenderung malas dan tidur lebih lama sehingga dikhawatirkan hanya mendapat sedikit asupan ASI.

Akhirnya, warna kuning pada bayi saya memang menghilang sendiri setelah kurang lebih 10 hari. Alhamdulillah...Saya bersyukur karena keputusan saya untuk tidak meneruskan pemberian obat dari dokter anak saat hari pertama dia lahir ternyata tidak salah.

Sejatinya tidak ada yang perlu dicemaskan pada bayi kuning selama tingkah laku bayi dan aktivitas buang kotorannya masih normal, tapi tetap waspada juga tidak ada salahnya. Mintalah dilakukan pengecekan kadar bilirubin pada dokter atau rumah sakit, karena pada bayi dengan kadar bilirubin yang tinggi biasanya dokter akan menyarankan untuk dilakukan terapi sinar.

Sumber: Baby Guide (MaxMedia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)