“Byuurr..!!!”,
anak lelaki itu, kira-kira kelas 3 SD, melompat ke kolam renang untuk dewasa.
Aku
terpekik ngeri, tapi kemudian berubah menjadi lega melihat dia dengan santainya
berenang kembali ke pinggir. “Pantesan Ibunya nggak nungguin”, batinku, lantas
menoleh pada anak-anakku sendiri.
“Ayo Nak,
mentas dulu, sudah sore, kolamnya juga udah sepi”
Anak-anakku
yang sudah berenang sejak pagi, tidak membantah karena mereka memang jelas
sudah kecapekan. Maklumlah, jarang-jarang kami menghabiskan akhir pekan di
sebuah resort di atas gunung semacam ini.
Sempat aku
menoleh ke arah anak laki-laki itu saat berjalan kembali ke bungallow kami. Dia
sedang berkecipak-kecipak sambil melambai-lambai. “Berenang gaya baru rupanya
dia”, batinku lagi, lantas melangkah pergi.
***
Kami
sedang menuju restoran untuk makan malam, ketika tak sengaja mendengar
kehebohan.
“Kami
sudah cari ke mana-mana tapi dia nggak ada Pak”, kepanikan perempuan seusiaku itu tidak bisa disembunyikan.
“Tenang
Bu, kami akan bantu cari anak laki-laki Ibu, di kolam renang sudah sempat
dicari?”
“Kami
nggak cari ke sana Pak, nggak mungkin Pak dia ke sana, saya sudah wanti-wanti
agar dia tidak ke kolam renang. Soalnya dia belum bisa berenang jauh”
Deg! Tadi
sore, anak lelaki, kolam dewasa, lambaian tangan....
ih, penasaran. tp endingnya sudah cukup menjawab. hehe. flash fiction lagi ya mbak ? :) smgt ! (9^^)9
BalasHapusHehe, maunya gitu si. Ini lagi tergila-gila sama FF. Thanks for reading ^-^
Hapus