Minggu, 23 Juni 2013

Kolam Renang



“Byuurr..!!!”, anak lelaki itu, kira-kira kelas 3 SD, melompat ke kolam renang untuk dewasa.
Aku terpekik ngeri, tapi kemudian berubah menjadi lega melihat dia dengan santainya berenang kembali ke pinggir. “Pantesan Ibunya nggak nungguin”, batinku, lantas menoleh pada anak-anakku sendiri.
“Ayo Nak, mentas dulu, sudah sore, kolamnya juga udah sepi”
Anak-anakku yang sudah berenang sejak pagi, tidak membantah karena mereka memang jelas sudah kecapekan. Maklumlah, jarang-jarang kami menghabiskan akhir pekan di sebuah resort di atas gunung semacam ini.
Sempat aku menoleh ke arah anak laki-laki itu saat berjalan kembali ke bungallow kami. Dia sedang berkecipak-kecipak sambil melambai-lambai. “Berenang gaya baru rupanya dia”, batinku lagi, lantas melangkah pergi.
***
Kami sedang menuju restoran untuk makan malam, ketika tak sengaja mendengar kehebohan.
“Kami sudah cari ke mana-mana tapi dia nggak ada Pak”, kepanikan perempuan seusiaku itu tidak bisa disembunyikan.
“Tenang Bu, kami akan bantu cari anak laki-laki Ibu, di kolam renang sudah sempat dicari?”
“Kami nggak cari ke sana Pak, nggak mungkin Pak dia ke sana, saya sudah wanti-wanti agar dia tidak ke kolam renang. Soalnya dia belum bisa berenang jauh”
Deg! Tadi sore, anak lelaki, kolam dewasa, lambaian tangan....

2 komentar:

  1. ih, penasaran. tp endingnya sudah cukup menjawab. hehe. flash fiction lagi ya mbak ? :) smgt ! (9^^)9

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, maunya gitu si. Ini lagi tergila-gila sama FF. Thanks for reading ^-^

      Hapus

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)