Sumur zamzam
adalah sebuah mukjizat. Seharusnya sumur zamzam layak dikatakan sebagai salah
satu keajaiban dunia.
Betapa
tidak, dari satu sumur saja, memancarlah air yang tiada habisnya. Walau air
dari sumur itu diambil terus-menerus, menjadi pemuas dahaga triliunan manusia,
mulai dari sejak ia ditemukan hingga kini.
Semua
orang Muslim pasti tahu sejarah yang mengawali adanya sumur zamzam. Ada banyak
hikmah yang bisa dipetik dari cerita tentang Ibunda Nabi Ismail yang berlarian
dari bukit Shofa dan Marwah demi mencari air untuk sang bayi. Cinta Ibu,
kepasrahan pada Allah, kegigihan dalam berjuang dan yang pasti cinta Allah pada
hambaNya yang tak kenal putus asa.
Sejarah
sumur zamzam ini hingga kini terus diabadikan dalam ritual sa’i, yakni
berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Pada
kenyataannya, lari-lari kecil hanya dilakukan di antara 2 pilar yang ditandai
dengan deretan lampu hijau terang. Jarak dua pilar ini panjangnya mungkin hanya
sekitar 50 meter, hanya 10% dari jarak antara bukit Shofa dan Marwah. So, total
jarak yang ditempuh kala sa’i adalah sekitar 3500 meter alias 3.5 kilo. Jauh
ya? Lumayan capek pastinya. Saya jadi terbayang bagaimana beratnya perjuangan
Ibunda Nabi Ismail saat harus bolak-balik dari bukit Shofa ke Marwah, dari
Marwah ke Shofa, terus diulang dan diulang lagi hingga 7 kali, dengan kondisi
alam Arab Saudi yang berbatu, berdebu dan panas menyengat.
Subhanallah....Sementara saya yang bersa’i dalam kondisi medan yang berkeramik
dan berkipas angin dengan deretan kran air zam-zam di mana-mana saja sudah
merasa kelelahan. Astaghfirullah...
Oke, balik
ke sumur zamzam. Saya sendiri tidak melihat bagaimana aslinya bentuk sumur
zamzam. Saat sedang umrah yang lalu, kompleks Masjidil Haram sedang mengalami
renovasi demi menyambut tamu-tamu agung Allah saat musim Haji nanti. Namun secara
tidak sengaja, seusai sa’i, karena jalan pulang yang seharusnya kami lewati
ditutup karena proyek perbaikan, kami menjumpai lokasi sumur zamzam karena kami
terpaksa mengambil jalan memutar. Hanya saja, lokasi sumur zamzam tidak bisa
disambangi para peziarah. Yang bisa kami lihat adalah segundukan bebatuan yang
dilingkupi dengan pagar kaca. Kami tahu di situ adalah lokasi sumur zamzam
karena tulisan yang tertempel di salah satu sudut pagar kaca.
Tidak bisa
melihat langsung sumur yang paling terkenal sepanjang sejarah peradaban manusia
itu tidak lantas membuat kami kecewa. Sebab kekecewaan kami telah digelontor
oleh jutaan liter air zamzam yang mengalir tiap harinya di seantero kompleks
Masjidil Haram.
Lihat saja
di halaman Masjid. Di sana, kita akan menemui deretan kran-kran yang sudah
tersambung dengan mata air zam-zam. Untuk bisa meminumnya pun tidak perlu
dirisaukan. Pemerintah Arab telah menyediakan gelas-gelas plastik untuk mereka
yang ingin langsung meminum air zamzam. Bagi yang ingin membawa pulang ke
penginapan, juga bisa melakukannya dengan membawa botol atau jerigen
Tak perlu
kuatir saat masuk ke dalam Masjidil Haram. Di dalam masjid pun sudah disediakan
puluhan dispenser yang diletakkan di banyak titik tempat shalat. Rasanya?
Jangan khawatir. Dingin dan segar. Dingin? Betul, dingin seperti ada esnya,
karena memang di dalamnya sudah diberi es batu yang juga dibuat dari air
zamzam. Untuk mereka yang tidak suka dingin, bisa mengambil air zamzam dari
dispenser yang bertuliskan NOT COLD. Saya sendiri selalu meletakkan botol
ukuran 500 cc dalam tas dan selalu memastikan isinya penuh saat keluar dari
Masjid. Agar selama di penginapan, air yang saya minum adalah air suci. Mumpung
di Mekkah pikir saya J
Sempat
sekali saya merasakan kekecewaan yang sangat sehubungan dengan air zamzam ini.
Seusai thawaf Wada’, yang artinya sebentar lagi kami akan meninggalkan kota
suci Mekkah, saya tidak sempat mengambil air zamzam untuk terakhir kalinya.
Botol air minum saya pun saat itu sudah kering kerontang, namun muthawwif
mengajak kami segera kembali ke penginapan untuk berkemas-kemas karena bis yang
akan membawa kami ke Madinah sudah menunggu sejak lama. Namun betapa girangnya
hati ini manakala di Masjid Nabawi, kami mendapati deretan dispenser yang sama
dengan yang kami lihat di Masjidil Haram. Apalagi ketika sang guide mengatakan
bahwa isi dispenser-dispenser itu juga air zamzam yang didatangkan langsung
dari Mekkah dengan menggunakan truk tangki.
Alhamdulillah...terima
kasih pemerintah Arab...belum pernah saya sedemikian terharu dengan hanya
melihat dispenser yang berderet-deret :’)
***
Air zamzam
adalah salah satu topik pembicaraan yang menarik selama kami berumrah.
Bayangkan saja, jutaan manusia mengunjungi Masjidil Haram dan jutaan lainnya
mengunjungi Masjid Nabawi, tiap hari. Semua manusia ini bisa dipastikan akan
turut menggunakan air suci ini sebagai pelepas dahaganya selama berada di
Masjid maupun saat keluar Masjid. Tak terhitung berapa banyaknya botol air
minum, gelas dan jerigen yang kembung terisi air zamzam tiap harinya. Tak
terhitung berapa banyaknya galon air zamzam yang diproduksi di pabrik zamzam
sebagai oleh-oleh para jamaah sepulang dari tanah suci (kami masing-masing
mendapat 10 liter air setibanya di tanah air). Dan itu terus berlangsung dari puluhan
bahkan ratusan tahun yang lalu, hingga sekarang. Tapi nyatanya, sumur zamzam
tak pernah kering.
Sumur
zamzam seakan diciptakan Allah untuk mengajari manusia akan beberapa hal perihal
pemberian.
Satu. Jika
apa yang kita miliki kita berikan kepada orang-orang yang membutuhkan,
sebagaimana sumur zamzam memberikan airnya pada orang-orang yang dahaga, maka
harta yang kita miliki tak akan pernah mengering. Alquran pun sudah menyebutkan
hal ini di beberapa ayat.
Dua. Memberi
sebaiknya tidak perlu memandang siapa yang diberi, sepanjang yang bersangkutan
memang membutuhkan. Sumur zamzam tidak pernah memilih hendak memberikan airnya
pada siapa. Jutaan manusia aneka rupa bebas meminum air zamzam; tua, muda,
kaya, miskin, laki, perempuan, artis, dokter, buruh, tukang becak, hitam,
putih, pendek, tinggi, kurus, gemuk. Tak ada pengecualian dan kriteria khusus
siapa saja yang boleh meminum air zamzam. Bahkan ketika dibawa pulang ke tanah
air, mereka yang bukan pemeluk agama Islam pun boleh dan bisa jadi membawa
manfaat jika meminum air zamzam.
Subhanallah,
masa suci Engkau yang telah menghadirkan sumur zamzam sebagai sebuah pelajaran.
Kota suci
Ingin rasanya
menginjakkan kaki sekali lagi
Masjid suci
Kangen rasanya
bersujud, berthawaf dan bersa’i
Air suci
Rindu rasanya mencecap
segarmu usai dahaga sepanjang hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.