Sabtu, 10 September 2011

Surat Untuk Gadis Kecilku

Gadis kecilku sayang,

Melihatmu yang mengenakan seragam sekolah TK barumu hari ini membuat ingatan Mama melayang-layang melakukan kilas balik ke lebih dari 4 tahun lalu saat kelahiranmu.

Semenjak engkau hadir di antara pernikahan kami, kehidupan Mama dan Papa berubah total. Tentu saja Mama dan Papa tidak bisa lagi sebebas dulu, bekerja hingga larut malam, kongkow-kongkow bersama kawan-kawan, berwisata kuliner atau sekedar nonton film di bioskop. Kami juga tidak bisa lagi seenaknya membelanjakan uang karena harus lebih hati-hati merencanakan keuangan demi masa depanmu.

Namun apa yang kami rasakan saat itu justru kebahagiaan yang tiada terkira. Tidak semua pasangan suami istri diberikan karunia oleh Allah untuk melihat seorang bayi mungil, sehat nan cantik bak malaikat terbaring di antara kami.

Kamu yang masih bayi dulu begitu tergantungnya pada kami, terutama pada Mama karena kamu masih menyusu. Kamu yang mungil dan begitu tak berdaya membuat Mama tidak berani memejamkan mata jika kamu sedang terjaga. Itulah makanya mengapa berat badan Mama cepat kembali normal setelah melahirkan, salah satunya karena sering melekan menjagamu.

Namun sekali lagi, beratnya melekan tiap malam tidak sebanding dengan kesenangan yang Mama rasakan selama menjadi ibumu. Mama senang sekali menggendongmu di bahu, kalaupun melorot, kepalamu pas sekali berada di antara leher dan tulang belikat. Mama senang mencium aroma keringat di leher dan tengkukmu, terutama kalau menjelang mandi. Mama senang melihat telapak tangan mungilmu yang bak bintang laut. Mama juga senang mendekatkan hidung Mama ke mulutmu yang menguap, menikmati harumnya aroma rongga mulutmu.

Itu dulu sayang,

Waktu kamu masih bayi. Kini bayi mungil itu sudah bukan bayi lagi. Sudah beranjak besar dan tanpa Mama sadari, kamu sudah menjadi seorang gadis kecil. Kamu memang masih berpegang pada tangan Mama, tapi itu sesekali. Karena kamu mulai bersosialisasi dan bergaul dengan teman-teman sebayamu, kamu mulai lebih senang bermain bersama mereka ketimbang bersama Mama.

Terkadang ada rasa kangen, dan juga cemburu melihatmu yang mulai mandiri. Kangen pada momen-momen eksklusif kita berdua. Juga cemburu pada kawan-kawanmu yang lebih bisa membuatmu tertawa riang dibanding dengan Mama.

Tapi Mama sadar, Mama hanya seekor induk burung yang sedang mengajari anaknya terbang. Dan kamu adalah anak burung itu. Mama tahu suatu saat Mama harus melepasmu terbang dengan sayapmu yang indah. Menantang langit menuju cakrawala yang tak berbatas.

Kini Mama kembali ke saat ini, saat engkau mencium punggung tangan Mama dan berjalan mantap menuju sekolah TK-mu seorang diri. Tak sekalipun engkau menoleh lagi, matamu yang bulat dihiasi bulu mata yang lentik menatap sosok lain di ujung sana, guru-gurumu dan kawan-kawanmu. Mama kini bukan satu-satunya orang yang berarti dalam hidupmu.

Namun jangan salah pengertian sayang,

Mama tidak sedih. Sebagaimana bahagianya Mama saat perjumpaan pertama kali denganmu, kini Mama malah semakin bahagia. Melihat bayi kecil itu tumbuh sehat, riang dan cantik menjadikan Mama merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia.

Momen hari pertamamu di TK menyadarkan Mama akan bebasnya jiwamu. Mama sadar kamu bukanlah sekedar anak Mama, melainkan seorang manusia yang utuh. Mama sadar, yang bisa Mama lakukan hanya mengajarkanmu terbang, tapi Mama tidak bisa menentukan ke mana arah terbangmu. Engkau pribadi yang berbeda, ciptaan Tuhan yang unik, yang punya keinginan dan mimpi sendiri akan kehidupan. Karenanya, Mama yakin akan sangat berbahagia saat tiba waktunya Mama berkata: “Terbanglah burung kecilku, terbanglah yang jauh dan tinggi menggapai semua mimpimu...”

Dan jika setelah terbang, engkau butuh tempat untuk kembali, maka Mama akan selalu berada di sini, di sarang kecil kita, menunggumu...seperti saat awal-awal kehidupanmu.

(Dipersembahkan untuk semua ibu yang luar biasa tabah membesarkan dan mendidik anak-anaknya, walau banyak duri dan batu yang menghadang).

1 komentar:

  1. Kembali tegar,dan semakin tegar,ditengah2 kelelahan fisik yang sedang kualami,May...
    Thanks buat tulisan yg sepenuhnya kupahami ini.smoga kita bisa menjadi mama-mama yang tidak pernah lelah untuk memberikan malaikat2 kita kebahagiaan. Amin

    BalasHapus

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)