Minggu, 14 Juli 2013

Bisik Pada Angin

Biar kubisikkan pada angin
Rangkaian lima aksara

Cinta
Sebuah kata yang sederhana dan mudah diucap
Namun bagiku, mengucapkannya sama sulitnya dengan memasukkan benang dalam lubang jarum di ruang tanpa cahaya

Biar kubisikkan pada angin

Rangkaian lima aksara
Rindu
Sebuah kata yang tidak butuh tarikan nafas sepertiga
Namun bagiku, mengucapkannya sama beratnya dengan mengangkat sekarung beras dengan ujung jari telunjuk

Biar kubisikkan pada angin
Karena hanya padanya aku meletakkan harap
Kedua rangkaian aksara itu bisa sampai padamu
Membawa keduanya menyatu dengan nafasmu
Menyusup dalam paru-parumu dan melarutkannya dalam aliran darahmu

Aku tahu yang kau harap bukanlah angin, melainkan aku
Aku yang hadir di hadapmu sambil membawa kedua kata itu bersamaku
Mengucapkannya di sela-sela bincang-bincang kita
Tentang kamu, tentang aku, tentang mereka

Malam ini kamu bertanya; Mengapa?
Jawabannya hanya satu
Juga lima aksara
Tapi tidak sederhana
Tuhan


-selesai-

Catatan; Puisi ini adalah benang merah untuk cerpen "Bisik Pada Angin"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)