Senin, 01 Juli 2013

Alex


 
“Ana, aku punya kejutan”, Alex berbisik.
Mata Liliana berbinar. “Apa itu?”.
Alex mengeluarkan sebentuk cincin dari saku celananya. “Kamu mau kan hidup berdua sama aku?”. Matanya memandang Liliana dengan tatapan sayang.
Binar di mata Liliana menghilang. Sejenis cairan tampak mengambang di matanya. Dia menggeleng lemah.
 “Kenapa An? Kita sudah bertahun-tahun jalan bersama. Menjalani tawa, tangis, duka dan canda sama-sama. Kurasa sudah saatnya hubungan kita maju selangkah”. Alex menatap kekasihnya heran. Bukankah seharusnya sebuah lamaran dari orang yang dicintai adalah hal yang ditunggu-tunggu semua perempuan?
“Iya, tapi tidak semudah itu Lex”
“Apanya yang sulit? Kita punya mimpi yang sama untuk bahagia bersama selamanya kan?”
“Tapi aku punya Bapak Ibu Lex, punya saudara, punya keluarga besar seperti halnya kamu. Sebuah pernikahan itu bukan saja ikatan antara kita, tapi juga antara mereka”.
Alex terdiam, berusaha mencerna kata-kata Liliana. “Aku tahu An, tapi bukankah kita berdua sudah sama-sama dewasa untuk memutuskan segalanya sendiri. Toh yang menjalaninya nanti kita juga kan?”
Liliana menarik nafas panjang. “Lex, seandainya saja nama lengkapmu Alexander...”. Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan.
“Masalahnya, namamu Alexandra...”

-selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)