Pagi itu sebelum berangkat kerja, saya sempatkan
melihat buku penghubung Jasmine (TK B). Mana tahu ada catatan-catatan dari
Ustadzahnya (yang jujur aja sering terlewatkan, hehe). Ternyata benar, Ustadzah
memberikan informasi bahwa saat ini Jasmine sedang menghafal Surat Al Ma’uun
dan mohon dibantu di rumah.
Sorenya begitu pulang kerja, dengan semangat 45
saya ajak Jasmine untuk menghafal. Metodenya standar, saya membacakan surat Al
Ma’uun mulai dari ayat pertama dan saya suruh dia menirukannya: “Ara
aytalladzii yukad dzibu biddiin”. Awalnya saya membaca sendiri dan dia
mendengarkan, kemudian saya ajak dia membaca bersama-sama, kami mengulang-ulang
hingga beberapa kali. Namun anehnya, tiap kali dia saya suruh mengulang hafalan
sendiri, dia tidak bisa. Kami tidak membuat kemajuan sama sekali. Satu ayat pun
Jasmine tidak sanggup menghafalnya. Padahal sudah saya pancing-pancing:
“Ara...ara...ara...”.
Merasa sudah terlalu lama kami mencoba dan tidak
juga membuahkan hasil, saya mulai emosi dan menyudahi acara belajar malam itu.
Daripada emosi saya berubah menjadi amarah, lebih baik saya biarkan Jasmine
beristirahat. Saya pun bisa menenangkan pikiran sambil mencari tahu mengapa
Jasmine sulit sekali mengingat kata-kata yang sedemikian pendek, padahal sudah
diulang berkali-kali.
Rupanya saya tidak perlu waktu lama untuk
menyadari di mana masalahnya. Dan saya menyadarinya tepat keesokan harinya saat
bermobil menuju kantor.
Supaya tidak sepi, saya biasa menyalakan radio
yang memutar lagu-lagu Indonesia. Saya lupa waktu itu lagu apa, pokoknya lagu
itu cukup populer dan hampir tiap hari selalu diputar di radio. Saya berusaha
mengikuti syairnya, tapi tidak bisa sama persis dengan penyanyi aslinya (Bukan
kualitas suaranya, kalau masalah kualitas sih tidak bisa dibandingkan karena
saya spesialis penyanyi kamar mandi, haha...). Yang saya maksud adalah saya
tidak bisa mengikuti syairnya persis, walaupun sudah mendengarkan berkali-kali.
Lantas ingatan saya melayang-layang ke masa
puluhan tahun lalu, sewaktu saya masih SD, sewaktu saya masih belum bisa berbahasa
Inggris, tapi kok bisa waktu itu saya hafal hampir semua lagu-lagunya New Kids
On the Block? Saya coba mengingat-ingat lagi metode menghafal saya dulu. Yes,
ternyata saya berhasil menghafal semua lagu dalam 1 album “Step by Step” karena
saya mendengarkan lagunya sambil membaca teks lagu yang ada di sampul kaset.
Mengingat masa kecil saya, saya lantas bersorak. Aha, mungkin ini bisa
diterapkan pada Jasmine. Mungkin masalah Jasmine adalah dia kesulitan menyimpan
inputan yang harus direkam secara auditori. Sama seperti saya yang harus
membaca teks dahulu baru bisa hafal. Mungkin dengan membaca, Jasmine bisa lebih
mudah menghafal. Hanya masalahnya, Jasmine belum lancar membaca. Tapi saya
tidak kehabisa akal.
Begitu sampai di kantor, hal yang pertama saya
lakukan adalah membuka Microsoft Word dan mengetik kalimat-kalimat berikut
dengan ukuran font yang cukup besar:
Al Ma un
Aro aytal lazi yukad dibu bidin
Fada likal lazi yaduk ul yatim
Wala yahud du ala to amil miskin
Faway lul lil musolin
Alazi nahum an solat tihim sahun
Alazi nahum yuro un
Wayam na unal maun
Tidak lupa saya tambahkan warna yang berbeda
untuk masing-masing kalimat agar lebih menarik. Seorang kawan saya melihat apa
yang saya kerjakan dan memprotes tindakan saya. Mengapa saya menuliskannya
tidak sesuai dengan makhraj? Mengapa tidak ada panjang pendeknya?
Saya bilang karena inilah cara agar Jasmine bisa
menghafal, karena rupanya dia punya style belajar visual seperti saya. Cuma
masalahnya, Jasmine belum bisa membaca huruf hijaiyah, dan dia juga belum
lancar membaca huruf latin. Jadi saya harap dia bisa membaca kalimat-kalimat
sederhana yang saya tuliskan dan memasukkannya dalam memori.
Alhamdulillah cara saya boleh dibilang berhasil.
Pertama saya menyuruh Jasmine membaca kalimat tersebut satu per satu. Walau
terbata-bata tapi toh dia bisa juga. Kemudian saya ulangi cara membacanya,
tentu saja dengan cara membaca yang benar menurut ilmu tajwid, panjang pendek
dan makhraj. Saya hanya perlu mengulang beberapa kali dan Jasmine pun bisa
mengingatnya sendiri.
Saya merasa sangat lega. Bukan karena Jasmine
bisa menghafal. Tapi karena berhasil memahami gaya belajar Jasmine, yang
ternyata tidak jauh berbeda dengan saya. Gaya belajar Visual.
Semoga pengalaman menghafal ini bisa saya jadikan
pelajaran untuk di kemudian hari menemani Jasmine mempelajari hal-hal yang
lain.
Note: Oiya, foto ibu dan anak di atas bukan foto saya, saya nyomot dari internet (hasil karya Gareth Brown)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.