Jumat, 16 November 2012

Apakah Blighted Ovum


 Pernahkah Anda mengalaminya? Saya pernah, dua kali malah. Dan dua-duanya berakhir di meja kuretase. Saya pernah bertanya apa yang dimaksud dengan blighted ovum? Mungkin karena menganggap saya orang awam, dokter hanya mengatakan bahwa blighted ovum itu bisa diibaratkan bakal benih yang kopong.

Sebenarnya apakah blighted ovum itu? Berikut ini penjelasan yang saya baca dari American Pregnancy Association.

Seorang wanita dikatakan mengalami blighted ovum apabila sel telur yang telah dibuahi telah menempelkan dirinya pada dinding rahim, namun tidak bisa berkembang menjadi embrio. Kantung kehamilan memang terlihat berkembang, namun embrionya tidak.

Blighted Ovum yang terdeteksi melalui USG. Tampak kantung kehamilan tapi tidak tampak ada embrio yang berkembang
Wanita yang mengalami blighted ovum biasanya tetap mengalami gejala awal kehamilan, seperti telat mens maupun tes kehamilan yang positif. Di awal, plasenta pun masih bisa terus berkembang (walaupun tidak diikuti perkembangan embrio) dan hormon hCG pun masih terus meningkat. Inilah yang menyebabkan banyak wanita mengira kehamilan mereka baik-baik saja walaupun sebenarnya sedang mengalami blighted ovum. Blighted ovum biasanya diketahui saat dilakukan USG yang menunjukkan kondisi kantung kehamilan yang kosong. Gejala-gejala seperti kram ringan di perut atau pendarahan ringan juga bisa saja terjadi.

Salah satu penyebab blighted ovum adalah kualitas sel telur atau sperma yang buruk. Bisa juga karena proses pembelahan sel yang tidak normal.

Lima puluh persen (50%) kasus keguguran di trimester pertama adalah disebabkan karena blighted ovum. Kabar buruknya adalah, belum ada tindakan yang bisa mencegah terjadinya blighted ovum. Namun jika terjadi keguguran berulang akibat blighted ovum, maka pasangan suami istri bisa saja melakukan tes-tes genetika jika dirasa perlu.

Kabar baiknya adalah, pasangan suami istri tidak perlu melakukan pencegahan kehamilan yang terlalu lama setelah mengalami keguguran. Kebanyakan dokter akan menyarankan pasangan suami istri untuk menunda setidaknya 1-3 kali siklus menstruasi sebelum memutuskan untuk membiarkan pembuahan terjadi.

Masih menurut American Pregnancy Association; sangat jarang memang seorang wanita bisa mengalami blighted ovum hingga beberapa kali. Kalaupun sampai harus mengalami, biasanya hanya terjadi sekali. Tapi saya bisa sampai dua kali, hehehe...Yang pertama di usia kehamilan 6 minggu dan yang kedua di usia 8 minggu.

Bagi yang sekarang sedang mengalami kehilangan karena blighted ovum, tidak usah resah. Sebab banyak kok kasus-kasus keguguran karena blighted ovum yang berujung pada kehamilan lagi.

Semoga artikel ini bermanfaat ^-^

1 komentar:

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)