Rabu, 30 Januari 2013

Memahami Arti Sebuah Lembaga Bernama Sekolah


Seperti sebuah kebetulan, saya membaca “Totto Chan – Gadis Cilik di Jendela” dan “Indonesia Mengajar” berbarengan dengan saatnya Abril masuk SD. Membaca kedua buku tersebut kian memantapkan niat saya untuk mengirim putri pertama kami itu ke Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya (SAIMS). Nah terus apa hubungannya ya? Totto Chan - Indonesia Mengajar - SAIMS.

Totto Chan adalah sebuah kisah nyata yang dituliskan oleh Totto Chan sendiri (Tetsuko Kuroyanagi) dalam rangka mengenang masa-masa pendidikan dasarnya dulu. Totto Chan yang dianggap nakal di sekolah karena rasa ingin tahunya yang sangat besar, akhirnya dikeluarkan. Kalau dipikir-pikir, mungkin keluarnya Totto Chan dari sekolah justru sebuah anugerah, karena Mama kemudian membawa Totto Chan ke Tomoe Gakuen.
Tomoe adalah sebuah sekolah yang dikepalai oleh Sosaku Kobayashi, orang yang sangat dikagumi oleh Totto Chan. Tomoe adalah sekolah yang unik. Keunikannya bisa langsung terlihat dari ruangan kelasnya yang menggunakan gerbong kereta. Cara belajarnya pun tidak kalah unik; para murid bebas mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yang memulai hari dengan belajar menggambar, ada yang fisika, ada yang bahasa dulu. Karena sekolah dan kepala sekolahnya yang unik, maka Totto Chan sangat kerasan.
Di sekolah ini, Totto Chan tidak pernah dianggap nakal. Sekalipun ia harus membuat Pak Kepala Sekolah mendengarkan ocehannya selama 4 jam saat perkenalan pertama mereka. Bahkan saat ia jatuh ke lubang penampung kotoran, atau pun saat ia menciduki isi lubang kakus saat mencari dompetnya (yang ini memang agak menjijikkan), Totto Chan dibiarkan saja agar ia belajar arti tanggung jawab.
Pak Kepala Sekolah memiliki dedikasi dan cinta yang luar biasa terhadap pendidikan dan anak-anak. Dengan caranya, dia membuat anak-anak yang mempunyai keterbatasan menjadi anak yang penuh percaya diri. Lihat saja saat dia mendesain sebuah hari olah raga yang memperlombakan kompetisi yang unik agar Takahashi, murid yang bertangan dan berkaki pendek, bisa memenangkan hampir semua lomba dan membuatnya lebih percaya diri.
Buku ini seakan mengingatkan saya bahwa anak yang nakal itu sebenarnya tidak ada. Nakal sebenarnya adalah cap yang diberikan oleh orang dewasa karena anak-anak tidak mengikuti aturan. Aturan yang dibuat oleh orang dewasa. Padahal anak-anak dengan caranya yang unik, punya cara sendiri untuk memandang dunia.
Menurut Bapak Mohamad Molik (pendiri Nurul Hayat sekaligus pembicara tunggal saat training Hypnoparenting yang pernah saya ikuti) segala cap yang ditempelkan pada anak-anak, yang baik atau yang buruk, akan dengan gampang menempel pada alam bawah sadarnya. Bagaikan software yang terinstall di komputer, anak akan berpikir dan bertindak sesuai program yang telah terpasang. Nakal, rajin, malas, rajin, bodoh, pintar, cengeng, lincah dan lain-lain. Dan software ini, jika dibiarkan saja, kelak akan benar-benar membentuk karakter anak saat ia dewasa.
Kekhawatiran akan terjadi kesalahan install program di otak Abril, adalah alasan utama mengapa saya memilih Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya.
Abril, menurut saya, adalah anak dengan potensi kinestetik yang luar biasa. Saya terpaksa memasukkannya ke play group sejak usia 2 tahun karena saya sudah mati gaya. Saya tidak sanggup mengimbangi energinya yang “berlebihan”. Abril seperti tidak mengenal kata capek dan saya kesulitan membantunya menyalurkan energinya itu ke arah yang lebih efektif. Bahkan hingga menginjak TK B, Abril tidak berubah. Ia masih senang berlari-lari, melompat-lompat, berguling-guling, menjatuhkan diri atau menabrakkan tubuhnya ke pagar, tembok atau ke badan kami. Abril sangat jarang tidur siang, tidur malam pun kalau tidak dipaksa tidak mau tidur dan terkadang di pagi buta saat saya menulis seperti ini, dia juga sudah ikut bangun. Hal yang membuatnya agak tenang adalah; menggambar atau mewarnai.
Melihat Abril yang seperti itu, terbetik kekhawatiran dalam benak saya jika dia nantinya bersekolah di SD negeri. Bukan mau mengatakan bahwa SD negeri itu buruk. Bukan. Saya dan suami pun produk sekolah negeri dari SD sampai PT. Namun setelah saya panggil memori saya saat mengenyam bangku SD dulu, saya mengurungkan niat untuk mendaftarkan Abril ke SD negeri. Alasan yang pertama; saya takut dia dianggap NAKAL seperti halnya Totto Chan yang dianggap tidak patuh hanya karena besarnya rasa ingin tahu. Alasan kedua, saya khawatir Abril tidak bisa menjalani masa belajar yang menyenangkan jika harus duduk seharian di bangku dengan metode pendidikan yang cenderung satu arah.
Naluri saya akhirnya membawa saya ke Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya saat Abril masih TK B. Saya sengaja mengambil cuti untuk bertanya ini itu langsung ke sekolah tersebut. Sayang saat itu sedang libur sekolah, jadi saya tidak bisa melihat langsung kegiatan belajarnya seperti apa. Singkat cerita, setelah berkunjung ke SAIMS, semakin mantap lah hati saya untuk menyekolahkan Abril di sana, di tambah dengan mengetahui biaya sekolah yang masih terjangkau oleh kondisi keuangan kami. Berikut ini alasan mengapa saya memilih SAIMS (berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di sana);
  1. Tidak ada tes calistung (baca tulis berhitung) untuk diterima di SAIMS.
SAIMS menganggap anak seharusnya dididik sesuai dengan umurnya. Baca dan tulis baru diajarkan di kelas 1 SD. Sehingga untuk diterima menjadi siswa SD, anak tidak dites kemampuan baca tulisnya.
Belakangan baru saya tahu, tes masuknya adalah berupa observasi melalui gambar, wawancara dan beberapa aktivitas seperti meronce atau menyusun balok dalam suasana yang santai (tidak seperti sedang di tes).
Belakangan juga baru saya tahu, bahwa kami (orang tua calon murid) juga diobservasi melalui (tes) gambar. Mengapa begitu? Sejauh ini saya hanya menduga-duga saja mengapa demikian.

  1. Lokasi belajar tidak hanya di kelas, bisa berpindah-pindah di taman, gazebo atau masjid.
Saya pikir ini cocok untuk Abril yang mudah bosan jika berada di satu tempat dalam waktu lama.

  1. Metode balajarnya tematis.
Yang ini saya belum bisa cerita dengan jelas karena Abril baru akan sekolah di sana tahun ajaran baru nanti. Menurut informasi, anak-anak tidak belajar sesuai dengan kurikulum, melainkan melalui tema-tema yang pembelajarannya disusun secara integrasi.
Misalnya tema pasar di mana di sana anak-anak akan belajar matematika dengan menentukan uang kembalian. Tema pantai di mana anak-anak akan belajar tentang ekosistem. Kurang lebih seperti itulah.
Saya sempat bertanya bagaimana mereka nantinya menghadapi UNAS jika cara belajarnya tematis. Bukankah UNAS memakai metode “mata pelajaran”? Ternyata, anak-anak akan mulai masuk ke mata pelajaran sekitar kelas 5 (atau kelas 4 ya, saya lupa).

  1. Tidak ada rapot kuantitatif.
Ini juga masih harus saya buktikan. SAIMS tidak memberikan rapot angka melainkan rapot kualitatif. (Namun jika diperlukan misalnya untuk keperluan pindah sekolah, mereka bisa membuatkan).
Saya berpikir mungkin SAIMS menganggap setiap anak adalah istimewa dengan caranya masing-masing. Memberikan rapot kualitatif akan membantu anak menemukan keistimewaan dalam dirinya dan lantas mengasahnya menjadi sebuah keahlian yang kelak bisa menjadi bekal untuk hidup mandiri.
Tidak seperti kebanyakan orang tua, terus terang saya tidak terlalu berharap menjadi juara kelas adalah tujuan utama.

Beberapa orang mungkin menganggap mengirimkan anak kami ke sekolah swasta adalah hal yang lebay. Mengapa jauh-jauh menyekolahkan anak ke sana dengan biaya ekstra pula, toh sekolah negeri sekarang juga bagus-bagus.
Itu tidak saya pungkiri memang. Seperti yang sudah saya bilang, kami pun tadinya berniat untuk mendaftarkan Abril di sekolah dasar tempat saya, suami dan saudara-saudara kami sekolah. Sampai-sampai kami pindah rumah ke lokasi yang lebih dekat dengan sekolah tersebut.
Tapi kami sadar bahwa dengan keterbatasan waktu saya dan suami yang sama-sama bekerja, ada kebutuhan dasar anak-anak yang kami takut tidak sanggup penuhi, yakni masalah agama. SAIMS adalah sekolah Islam. Dalam hal mengajarkan syariat, akhlak dan akidah, kami mungkin hanya mampu memberikan contoh-contoh saja di rumah, seperti sholat tepat waktu, berwudhu dan mengaji. Tapi dengan sedikitnya waktu pertemuan dengan anak-anak, saya rasa kami butuh pihak ketiga untuk mengajarkan itu semua pada anak-anak. Setidaknya dalam tataran teori dan praktek.
Saya dengar (baru dengar saja, belum dibuktikan), anak-anak dibiasakan untuk sholat Dhuha dan mengaji tiap pagi sebelum memulai pelajaran. Subhanallah semoga memang demikian. Dengan demikian, harapannya kami di rumah akan jauh lebih mudah untuk mengajak anak-anak sholat dan mempelajari Alquran.
Belajar di SAIMS dengan biaya yang sedikit lebih banyak ketimbang sekolah negeri, terus terang membuat saya punya pengharapan lebih. Tidak hanya berharap anak-anak kami menjadi anak-anak yang berakhlak dan berilmu, namun juga kelak mereka bisa mandiri dengan menjalani kehidupan yang sesuai dengan passion mereka masing-masing. Saya harap, sekolah ini bisa membantu anak-anak menemukan apa panggilan hati mereka. Apapun itu.
Foto diambil dari https://indonesiamengajar.org/
Bicara tentang passion, saya jadi teringat dengan buku Indonesia Mengajar. Buku yang mengisahkan pengalaman anak-anak muda Indonesia yang luar biasa ini memberikan inspirasi yang luar biasa.
Saya mengikuti satu demi satu kisah Pengajar Muda yang dikirim ke pelosok Nusantara. Dan jika saya disuruh merangkum keseluruhan cerita mereka, saya bisa menggambarkannya dengan satu kata: passion. Mereka adalah orang-orang muda yang berani mengikuti passion. Passion untuk berbagi, untuk mendidik sekaligus belajar hal-hal yang baru. Mereka berani mengambil keputusan untuk meninggalkan tidak hanya keluarga, tapi juga gemerlapnya kota dan kesempatan untuk merintis karir, demi mengajar anak-anak SD di desa terpencil di Nusantara, selama 1 tahun.
Sekalipun mungkin tidak se-spektakuler Pengajar Muda, saya berharap anak-anak kami kelak seperti mereka. Berani mengikuti passion. Apapun hati mereka memanggil nantinya. Tentunya tetap di koridor yang dibenarkan agama. Karena saya percaya, tiap-tiap manusia yang dilahirkan punya tugas dan misi masing-masing selama hidup.
Setidaknya bersekolah di Sekolah Alam Insan Mulia bisa menjadi titik awal pencarian anak-anak menemukan passionnya. Semoga ini bukan harapan yang terlalu muluk.

Karena tidak ada yang lebih membahagiakan selain menjalani hidup sesuai dengan panggilan hati.

Catatan: Oiya, saat mengisi formulir pendaftaran masuk SAIMS, kami tidak perlu mengisi berapa penghasilan orang tua. Entah mengapa hal ini membuat saya senang ^-^

11 komentar:

  1. Mba,ini lokasinya dimana ya?ada nomor telp sekolah yg bisa dihubungi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya
      Medokan Semampir Indah 99-101
      Surabaya 60119
      Telp: 031-5920033 atau Fax :031-5910144

      Hapus
  2. boleh tau ga biaya pendidikan dsna? kebetulan saya akan meerantau ke surabaya membawa serta anak yg taon dpn masuk SD.. thx b4

    BalasHapus
  3. wow keren masuk sekolahan alam, disana gmana yaa bu cara belajarnya kan dialam langsung tuh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara belajarnya sebenarnya ngga melulu di alam mbak, karena alam di surabaya kan ya begitu2 aja. Belajarnya tetap di kelas kok, bisa di bangku atau lesehan, kadang di gazebo atau masjid, kadang juga di luar kelas. Metode penyampaiannya memang sedikit beda dengan sekolah biasa sampai2 kami para orang tua agak kebingungan. Hehe...
      Insha Allah bentar lagi akan saya posting artikel tentang pengalaman si kecil di awal2 jadi murid sekolah alam biar lebih jelas.

      Hapus
    2. wahhhh kayaknya seru banget deh mbak, mauu mauu dong postingan ceria si kecilnya mbak, pengen lebih tau sekolah alam seprti apah, pengen punya sekolah alam juga :D

      Hapus
  4. berapa biaya yang dibutuhkan(SD)....tlg balas via email ruzzae.ruwaidah@yahoo.com saya tunggu y...tahun ajaran 2013 ....

    BalasHapus
  5. Informasi ini sangat membantu saya. Insyaallah tahun depan kami sekeluarga akan pindah ke surabaya. Anak saya kelvin, saat ini kelas 2 di sekolah dasar negeri. Melihat karakternya anak saya sepertinya lebih berminat disekolah alam tp krn tdk ada nya sekolah alam di samarinda, saya terpaksa memasukkannya di sekolah negeri. Mohon informasi bagaimana utk proses anak didik pindahan. Terimakasih

    BalasHapus
  6. Mohon informasi, krn anak saya kelvin saat ini duduk di kelas 2 SDN. Insyaallah tahun depan kami akan pindah ke surabaya. Mohon info untuk proses anak yg akan masuk dengan status pindahan dr SDN. Melihat karakter kelvin sepertinya lebih cocok di sekolah alam. Tp saat ini disamarinda masih blm ada sekolah alam. Terimakasih. Mohon info lebih lanjut. C/q. Ny. Kihafi 081253525007

    BalasHapus
  7. Saya ingin menggali informasi dari para ortu yg putra putrinya sekolah di Saims. Sbg bahan masukan dan pertimbangan kami yg sdg nyari sekolah. Bila tdak keberatan mohon sms ke kami, nanti kami telpon balik ke 0812 3088 0066. Matur nuwun.

    BalasHapus
  8. Mom boleh minta tlg info soal biaya masuk SD dan TK tahun 2015? Kalo gk keberatan info ke email ecyteddy@gmail.com

    BalasHapus

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)