Sabtu, 09 Juli 2011

Pola (Maaf) Pup Bayi Baru Lahir

PERINGATAN: JANGAN TERUSKAN MEMBACA KALAU LAGI MAKAN.

Sudah jelas kalau punya bayi memang lebih banyak sukanya daripada dukanya. Tapi biarpun sedikit tetep ada dukanya juga kan. Salah satunya jika bayi kita sakit. Ya kalau itu sih sudah pasti ya, orang tua mana sih yang nggak sedih kalau anaknya sakit?

Na kalau saya ada satu lagi ni dukanya punya bayi. Mungkin bagi sebagian ibu ini bukan masalah besar, tapi kalau buat saya yang tergolong makhluk “jijikan”, membersihkan kotoran bayi adalah hal yang membuat saya tidak nyaman nomor 2 setelah anak sakit. Mengapa? Yes, karena bayi punya pola buang kotoran yang tidak sama dengan kita orang dewasa atau balita sekalipun. Yuk, simak pola buang kotoran bayi menurut buku baby guide yang jadi primbon lengkap saya selama merawat bayi:

Kotoran bayi baru lahir dinamakan meconium, warnanya hitam kehijauan dan teksturnya lembek dan lengket. Ini disebabkan karena selama berada dalam kandungan, bayi mengkonsumsi cairan ketuban yang kemudian disekresikan oleh tubuh dan menumpuk di usus. Frekuensinya bisa berkali-kali per harinya, bahkan bisa mencapai 15 kali lho. Alamak, kebayang kan gimana perasaan saya yang harus menahan rasa jijik saat membersihkan kotorannya....?

Soalnya masalahnya begini, karena kotoran bayi baru itu sangat lengket, konsekuensinya adalah itu popok musti kudu langsung dikucek, jika tidak maka warnanya akan membekas di popok alias semakin sukar dibersihkan. Memang problem ini bisa terselesaikan dengan memakaikan diapers sekali pakai, tapi mengingat di awal-awal kehidupannya, bayi saya bisa pup 10-15 kali/harinya, saya kasihan juga sama kondisi dompet saya, hehe...

Meconium akan berlangsung selama 2-3 hari, selanjutnya si bayi akan mengeluarkan yang namanya tinja peralihan yang warnanya kuning kehijauan, cair dan kadang-kadang agak berbiji (terutama pada bayi ASI). Tadinya si sempet kuatir juga melihat warna pup yang hijau, tapi menurut buku primbon baby guide, warna hijau justru bagus karena menandakan empedu bekerja dengan baik. Saya juga sempet kuatir melihat tekstur pup yang terus menerus cair, saya kira dia diare, ternyata lagi-lagi menurut primbon baby guide, kondisi ini normal kok. Yang perlu diwaspadai adalah jika frekuensinya tidak normal dan teksturnya sangat cair.

Setelah usia 3 minggu, bayi ASI akan mengeluarkan pup berwarna kuning agak orange, tidak terlalu lengket dan berbau agak asam. Sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula cenderung mengeluarkan pup berwarna coklat pucat, lebih padat dan baunya lebih menyengat dibanding pup-nya bayi ASI.

The good news is, frekuensi pup bayi akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia, teksturnya juga semakin padat, terutama saat dia mulai mengkonsumsi makanan padat.

Nah, itu tadi duka saya nomor 2 saat merawat bayi. Tapi mau bagaimana lagi? Suka tidak suka, jijik tidak jijik tetap harus dijalani karena ini masalah tanggung jawab. Ya itung-itung uji nyali atau fear factor (hehe, maksa...)

Referensi: Baby Guide (Max Media)
Gambar dikopi dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)