Note: "The Real Idol" memang ditulis dalam rangka mengikuti lomba Teenligi 2014, namun sejatinya ide tulisan ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu saat membaca buku Uswatun Hasanah karya Haddad Alwi.
Walau pada akhirnya dinyatakan tidak menang, saya tetap senang karena bisa menyelesaikan proyek pribadi tentang manusia paling istimewa sepanjang sejarah; Rasulullah Muhammad SAW.
Nah, karena sudah terlanjur ditulis, sayang rasanya jika hanya mengendap di laptop. So, saya akan mempostingnya di blog ini secara bertahap. Siapa tahu, akan ada satu atau dua atau berapa pun pembaca yang bisa memetik manfaat. Aminn....
Keseluruhan tulisan ini nantinya akan berada dalam satu label/kategori (The Real Idol). Tak jadi masalah jika membacanya secara acak atau berurutan. Silahkan lihat Daftar Isi untuk melihat keseluruhan bagian "The Real Idol" untuk memilih bagian-bagian yang lebih menarik untuk dibaca.
Selamat membaca dan selamat jatuh cinta pada manusia teristimewa, kekasih Allah, Muhammad bin Abdullah :)
---
Muhammad Bin Abdullah Versus Michael Jackson
Senin
malam, 23 Februari 2004, Banjarmasin dibuat heboh dengan berita kematian empat
gadis belasan tahun di acara konser musik sebuah band kenamaan asal ibukota.
Sementara itu, puluhan lainnya mengalami luka dan pingsan karena terdesak histeria
ribuan penonton demi melihat grup band idolanya. Empat tahun sebelumnya, di
Bandar Lampung, konser grup band yang sama juga menyebabkan empat orang
penonton meninggal dunia.
Grup
band itu hanyalah satu contoh dari banyak konser musik yang memakan korban
jiwa. Masih banyak konser-konser musik lain, baik di Indonesia dan manca negara
yang berakhir tragis dengan meninggalnya penggemar di arena konser. Kebanyakan
korban berjatuhan karena terdesak gelombang penggemar yang tak mampu
dikendalikan penyelenggara. Para penggemar ini terkadang sampai merusak pagar
atau pintu demi bisa bertemu atau melihat langsung sang idola beraksi di atas
panggung.
Kawans,
mengagumi atau mengidolakan seseorang adalah suatu yang lumrah, tetapi
terkadang kecintaan terhadap idola membuat seseorang melakukan hal-hal yang tak
masuk akal. Kecintaan pada sang idola ditunjukkan dengan berbagai macam cara.
Contohnya ya itu tadi, rela berdesak-desakan bersama ribuan orang,
berteriak-teriak histeris saat sang idola mulai beraksi. Kadang-kadang sampai
pura-pura pingsan demi menarik perhatian sang idola. Sedihnya, sang idola
bukannya peduli tapi malah kian jauh karena diamankan puluhan bodyguardnya.
Sebab kalau sudah ada yang pingsan, bisa dipastikan suasana konser menjadi
ricuh dan tak terkendali. Keselamatan sang idola pun menjadi nomor satu.
Lantas
siapa yang peduli dengan para fans yang pura-pura pingsan atau pingsan beneran?
Terus bagaimana dengan mereka yang nyawanya melayang di arena konser? Mereka,
yang rata-rata masih sangat muda itu, harus mati sia-sia demi mengejar seseorang
yang tak kan pernah membalas kecintaan mereka sedikit pun. Iya, semuanya demi
sang idola.
Oke, memang sih, kadang-kadang, tidak sering,
pada sebagian kecil penggemar itu, sang idola membiarkan dirinya berfoto
bersama atau memberikan tanda tangannya. Sekali waktu juga, mereka membalas uluran tangan yang berebutan
ingin bersalaman. Bukan dengan jabatan tangan yang hangat lagi bersahabat,
melainkan sekedar sentuhan tipis yang sudah membuat penggemarnya histeris. Tapi
foto bersama, tanda tangan maupun sentuhan di tangan bukanlah cinta yang sama
dengan cinta yang dimiliki penggemarnya untuk sang idola.
Yang
para idola lakukan itu hanyalah sekedar “Look,
I do care about you. Because I need you to be my fans”. Ya eyalah, tanpa
fans mana mungkin dia bisa jadi seleb? Cinta
penggemar yang sudah rela merogoh uang saku demi membeli tiket konser tak
sebanding dengan balasan sang idola yang hanya sekedar melambai dari kejauhan.
Cinta fans yang rela berdiri berjam-jam demi melihat sang idola tak sebanding
dengan balasan sang idola yang hanya sekedar tersenyum di atas balkon.
Lha
terus, memangnya ada tokoh idola yang tidak membutuhkan penggemar untuk menjadi
tenar? Memangnya ada tokoh idola yang jika kita mengorbankan jiwa dan raga
untuknya, maka dia akan membalas pengorbanan kita? Memangnya ada tokoh idola
yang akan membalas kecintaan penggemarnya dengan cinta yang sama besarnya?
Jawabannya
“Ada” kawans. Namanya Muhammad bin Abdullah, seorang lelaki kelahiran Arab
belasan abad yang lalu. Dia bukan selebritis beken yang sering muncul di layar
kaca (sebab waktu itu belum ada layar kaca), bukan juga penyanyi yang manggung
di panggung bertabur cahaya, bukan juga ilmuwan dengan berbagai macam penemuan
ilmiah, bukan juga penulis atau penyair yang telah menelorkan berbagai karya.
Namun ia tak hanya sekedar tenar, tapi juga mulia. Ia tak hanya mulia di mata
manusia, tapi juga mulia di mata Allah. Tak ada seorang pun yang menyamai
kemuliaan seorang Muhammad. Tak ada seorang pun tokoh-tokoh idola dunia yang
bisa disamakan dengannya, sebab dia memang manusia pilihan.
Muhammad
tidak membutuhkan penggemar untuk menjadi terkenal dan mulia, karena ia sendiri
telah dimuliakan Allah jauh sebelum manusia pertama diciptakan. Muhammad akan
membalas cinta setiap pengikutnya dengan memberikan syafaat kelak di akhirat.
Muhammad adalah seorang manusia yang penuh cinta kasih, tidak hanya kepada
pengikutnya, namun juga kepada orang-orang yang pernah menyakitinya. Muhammad
adalah manusia istimewa, yang walaupun jutaan kata dihabiskan untuk memujinya
tak kan bisa menggambarkan keindahan makhluk Allah yang satu ini.
Dulu
waktu kuliah, saya pernah ditanya oleh kakak-kakak dari kajian Islam di kampus;
“Siapa tokoh idolamu?”.
“Michael Jackson, Mbak”, jawab saya cuek. Saat
itu Jacko memang sedang ngetop-ngetopnya. Lagunya “Black and White” dan “Heal
the World” menjadi booming di seantero belahan bumi. Kisah-kisah hidupnya,
termasuk masa kecilnya yang kurang bahagia, sering dipublikasikan di televisi.
Michael Jackson kian fenomenal ketika dia membangun Neverland, rumah kediaman
sekaligus amusement park pribadi
untuk memuaskan hasrat kanak-kanaknya yang terenggut karena sibuk menyanyi.
Jawaban saya membuat mbak senior tersenyum.
“Kenapa bukan Kanjeng Nabi?”, tanyanya lagi.
“Kenapa
saya harus mengidolakan dia?”, saya balik bertanya.
“Iya ya, tentu saja kamu tidak bisa
mengidolakan dia. Sebab kamunya nggak kenal siapa dia”.
Kening
saya berkerut. “Dia Rasulullah, Mbak”, sergah saya setengah tidak terima
dibilang tidak kenal siapa kanjeng Nabi. Tentu saja saya kenal Nabi Muhammad.
Bukankah saya selalu menyebut Namanya dalam duduk tahiyat setiap sedang shalat?
“Jika
seseorang sudah mengenal Rasulullah, maka akan sulit baginya untuk tidak jatuh
cinta padanya”, jawab si Mbak senior pendek.
Lho,
saya tahu kok siapa dia. Dia sudah yatim piatu sejak kecil. Ayahnya Abdullah
meninggal sejak dia masih di perut Ibundanya, Siti Aminah. Setelah lahir pada
bulan Rabi’ul Awal tahun Gajah di Mekkah,
dia disusui oleh Halimah Sa’diyah. Ibunya menyusul kepergian Ayahnya
ketika dia masih sangat kecil. Muhammad kecil kemudian diasuh oleh kakeknya,
Abdul Muthalib yang kemudian dilanjutkan oleh pamannya, Abu Thalib, pasca
wafatnya sang kakek. Muhammad menikah dengan Khadijah di usia 25 tahun dan
mendapatkan wahyu pertama di usia 40 tahun. Ayat yang pertama turun adalah Al Alaq
ayat 1-5 di Gua Hira. Muhammad menjadi Nabi selama 23 tahun dan meninggal di
Madinah.
Tuh
kan? Saya tahu kok siapa Kanjeng Nabi. Buktinya nilai saya untuk pelajaran
agama tentang sejarah Nabi-Nabi selalu bagus. Tapi pengetahuan itu ternyata
tidak cukup untuk membuat saya jatuh cinta dan menjadikan Nabi Muhammad menjadi
idola. Sebab saya ternyata hanya sekedar tahu, belum kenal. Saya tak pernah
tahu bahwa di balik kehidupan Rasulullah terhadap banyak kisah luar biasa yang
menjadikannya manusia luar biasa. Saya tak pernah menyadari, orang yang selalu
saya sebut-sebut namanya tiap kali shalat adalah idola sejati yang harusnya
dikagumi, bukannya penyanyi pop yang hidupnya sarat dengan kontroversi.
Muhammad
bin Abdullah memang hidup belasan abad yang lalu. Boro-boro ada internet, saat
beliau menjadi Rasul saja yang namanya Alquran bentuknya belum jadi seperti
yang kita kenal seperti sekarang ini. Tapi saking istimewanya beliau,
orang-orang di sekitarnya (yang dikenal dengan sebutan para sahabat) banyak
yang meriwayatkan dan menuliskan kisah hidupnya. Bahkan sampai ke hal-hal
terkecil, tentang bagaimana beliau menjaga kebersihan sampai ke kehidupan rumah
tangganya.
Kisah-kisah
Nabi Muhammad terkumpul dalam banyak puluhan buku Shirah Nabawiyah dan buku
sejarah, baik yang ditulis oleh penulis Muslim maupun Non Muslim. Buku-buku itu
lah yang kelak pada akhirnya membangkitkan gairah saya untuk lebih mengenal
beliau. Dan perkataan senior saat kuliah benar, saya tidak bisa tidak jatuh
cinta pada Nabi Muhammad.
Nah,
bagi kawans yang merasa belum menjadikan beliau sebagai tokoh idola (seperti
saya dulu), semoga postingan dengan kategori "The Real Idol" ini bisa menyalakan gairah untuk mulai mengidolakan dan
menjadikan Muhammad bin Abdullah sebagai teladan. Dan bagi yang sudah
menjadikan beliau sebagai idola, semoga postingan ini bisa semakin menebalkan
kecintaan terhadap manusia paling mulia sepanjang sejarah.
Postingan yang kawans baca ini bukanlah sejarah atau biografi seorang Nabi Muhammad.
Melainkan sebuah kumpulan screen capture dari
penggalan-penggalan kisah tentangnya. Kisah-kisah yang diriwayatkan oleh
sahabat-sahabat dan orang terdekat beliau. Kisah-kisah yang menunjukkan betapa
menakjubkannya pribadi seorang Muhammad bin Abdullah, betapa mengagumkannya dia
sebagai seorang manusia, akhlaknya, budi pekertinya, tindak tanduknya,
kebijaksaannya dan juga kasih sayangnya terhadap semua umat manusia. Insya
Allah postingan ini akan membuat Kawans mengenal siapa beliau dan mengapa beliau
layak dijadikan idola, melebihi tokoh-tokoh karismatik manapun sepanjang
sejarah dunia.
Silahkan
membaca postingan berikutnya dan selamat berkenalan dengan manusia termulia
sepanjang masa....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.