Walau pada akhirnya dinyatakan tidak menang, saya tetap senang karena bisa menyelesaikan proyek pribadi tentang manusia paling istimewa sepanjang sejarah; Rasulullah Muhammad SAW.
Nah, karena sudah terlanjur ditulis, sayang rasanya jika hanya mengendap di laptop. So, saya akan mempostingnya di blog ini secara bertahap. Siapa tahu, akan ada satu atau dua atau berapa pun pembaca yang bisa memetik manfaat. Aminn....
Keseluruhan tulisan ini nantinya akan berada dalam satu label/kategori (The Real Idol). Tak jadi masalah jika membacanya secara acak atau berurutan. Silahkan lihat Daftar Isi untuk melihat keseluruhan bagian "The Real Idol" untuk memilih bagian-bagian yang lebih menarik untuk dibaca.
Selamat membaca dan selamat jatuh cinta pada manusia teristimewa, kekasih Allah, Muhammad bin Abdullah :)
---
Malaikat Penjaga Gunung
Rasulullah
tidak pernah memanfaatkan posisinya sebagai pihak yang tersakiti untuk
memohonkan hal buruk menimpa kaum yang menganiayanya pada Allah. Beliau
senantiasa mengharapkan dari keturunan orang-orang jahat tersebut ada yang mau
menyembah Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan yang lain.
Kisah
kelembutan hati Rasulullah juga bisa dilihat dari kisah beliau ketika berdakwah
di Thaif.
Sepeninggal
Abu Thalib, kira-kira di tahun sepuluh masa kenabian, Rasulullah berangkat
untuk berdakwah di kota Thaif. Dengan ditemani budaknya, Zaid bin Haritsah, beliau
mendatangi para pemuka Banu Tsaqif dan mengajak mereka masuk Islam. Beliau
menerangkan Islam dengan cara yang baik sekali.
Namun
ajakan Nabi ini disambut dengan tidak baik oleh mereka. Bahkan mereka seolah
bersekongkol untuk menyakiti Nabi dengan melemparinya dengan batu. Zaid bin
Haritsah pun sibuk menjadi tameng Rasulullah hingga dianya juga ikut terluka.
Ketika
melarikan diri, beliau tiba di sebuah perkebunan korma tempat beliau
beristirahat. Beliau berdoa pada Allah dengan doa yang sungguh menyayat hati;
“Allahumma
ya Allah, kepada Engkau aku mengadu akan kelemahan kekuatanku, kekurangan
kemampuanku, kelemahanku menghadapi manusia, wahai Tuhan yang Maha Pengasih.
Engkau Tuhannya ornag-orang yang lemah, Engkau adalah Tuhanku, kepada siapakah
Engkau serahkan aku? Kepada yang jauh yang bermasam muka kepadaku? Atau kepada
musuh yang Engkau kuasakan untuk menguasai diriku? Jika bukan karena marahMu
atas diriku, maka aku tidak ambil peduli, namun perlindunganMu jualah yang aku
harapkan atas diriku. Aku mohon berlindung dengan sinar wajahMu yang menyinari
kegelapan, sehingga menjadi baik atasnya urusan dunia dan akhirat, daripada
tertimpanya diriku dengan kemaharahanMu atau terjadi atas diriku kemarahanMu.
MilikMu lah segala petunjuk atau keridhaan sehingga Engkau menjadi ridha. Dan
tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah jua...”
Doa
Nabi mulia itu pun didengar Allah. Ia memerintah malaikat penjaga gunung untuk
menimpakan gunung Thaif di atas penduduknya. Namun Allah juga meminta sang
Malaikat untuk terlebih dulu meminta izin pada Nabi. Malaikat penjaga gunung
pun menemui Rasulullah.
“Ya
Rasulullah, perlakuan penduduk Thaif sudah benar-benar keterlaluan. Allah memerintahkan
aku untuk berkhidmat kepadamu. Izinkan aku menghukum kejahatan mereka. Jika engkau
berkenan, biarlah aku jatuhkan gunung itu kepada mereka sehingga mereka semua
binasa”
Manusia
biasa mungkin akan menyambut gembira tawaran seorang malaikat yang memang
sengaja diutus Allah untuk membalaskan sakit hati akibat hinaan yang
menyakitkan dan sakit fisik akibat lembaran batu yang juga tak kalah perih.
Namun karena Muhammad bin Abdullah memang bukan manusia biasa, dia langsung
menjawab; “Tidak wahai Malaikat, jangan engkau lakukan hukuman seperti itu. Aku
melihat di antara penduduk Tha’if itu masih ada sedikit kebaikan. Lagi pula,
kalaupun mereka belum mau beriman kepadaku saat ini, aku berharap anak-anak
mereka kelak akan menjadi orang-orang beriman”. Lantas Rasulullah pun
melanjutkan kata-katanya dengan do’a; “Ya Allah, ampunilah mereka, karena
sesungguhnya mereka itu belum mengetahui”.
Malaikat
penjaga gunung tertegun mendengar jawaban manusia yang agung itu; “Engkau
benar-benar seperti yang disebut Tuhanmu”.
Nah,
mungkin manusia yang mampu melakukan hal semacam itu hanyalah Nabi Muhammad seorang.
Hanya di zaman Nabi Muhammad, Allah tak pernah menimpakan azabNya pada kaum
yang ingkar pada manusia utusanNya. Masih ingat kan ketika Allah menimpakan
azab pada kaum Nabi Nuh dengan membuat banjir terbesar sepanjang sejarah? atau
ketika Allah mengutus malaikat menghancurkan desa Nabi Lut dengan menghujaninya
dengan batu dari tanah yang terbakar? atau ketika Allah menenggelamkan pasukan
Firaun yang mengejar Nabi Musa dalam laut Merah?
Sebagai
manusia pilihan, apalagi sebagai kekasih yang sangat disayang Allah, sudah
sewajarnya semua pengharapan dan doa Nabi Muhammad akan dikabulkan oleh Allah.
Sah-sah saja seandainya Nabi Muhammad merasa kesal atas perlakuan buruk yang
diterima dan lantas memanfaatkan posisinya sebagai kekasih Allah untuk
membalaskan sakit hatinya. Tapi kenyataannya beliau tidak pernah melakukan itu.
Pernah
dalam suatu riwayat yang dikisahkan Abu Hurairah, Rasulullah pernah diminta
oleh seseorang untuk mendoakan kehancuran kaum Musyrikin. “Wahai Rasulullah,
mohon engkau berdoa kepada Allah agar menurunkan adzab kepada kaum musyrikin”,
katanya.
Lantas
Rasululullah menjawab; “Sesungguhnya aku tidak diutus untuk menjadi tukang
melaknati, tetapi aku hanya diutus untuk menjadi rahmat”.
Belajar
dari kisah di Thaif, jika suatu waktu kawans dibuat kesal oleh seseorang,
dibuat marah karena sesuatu, cobalah tiru Rasulullah. Anggaplah orang-orang
yang menyakiti itu belum terbuka hatinya, hingga mereka tega berbuat hal yang
menyakitkan. Mohonkan pada Allah ampunan bagi mereka dan doakan agar Allah membuka
hati mereka. Sebab hanya Allah lah satu-satunya penguasa hati, Sang Maha
Pembolak-Balik Hati. Memang tidak mudah, karena biasanya nafsu membalas dendam dan
rasa sakit hati itu lebih besar. Cobalah mengingat satu hal, jika dendam dan
rasa ingin balas menyakiti muncul di benak kita, itu berarti Setan telah
berhasil menggunakan tipu dayanya untuk menjurumuskan manusia. Pasti kita tak
mau kan diperdaya oleh makhluk ciptaan Allah yang super duper licik ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.