Minggu, 29 Mei 2011
5 Sisi Positif Menjadi Ibu Bekerja
Untuk para Ibu yang terpaksa bekerja,
“Tulisan ini adalah sarana penghiburan diri seorang Ibu yang tidak bisa ada di rumah mendampingi anak-anaknya karena harus bekerja di luar rumah”
Tidak bisa melihat langkah pertama si kecil?
Tidak bisa mendengar kata pertamanya?
Tidak bisa mengantar hari pertamanya ke play group?
Tidak bisa ikut menemani saat dia lomba mewarna?
Tidak bisa datang di acara rapat guru dan murid...?
Jika Anda adalah seorang Ibu seperti saya yang “terpaksa” memutuskan meninggalkan buah hati untuk bekerja di luar rumah, maka ada harga yang cukup mahal yang harus dibayar dengan keputusan itu. Ya, akan banyak momen emas si kecil yang Anda lewatkan. That’s fine! Sakit hati memang, tapi tenang saja Bunda. Jangan hanya melihat sisi ruginya saja. Yuk lihat sisi positifnya, karena memang nggak semua Ibu lo bisa beruntung menikmati hari-harinya di rumah bersama anak-anak.
Sisi positif menjadi ibu bekerja:
1. Melatih anak mandiri
Kedua anak Om saya terpaksa dititipkan di tempat penitipan anak (mulai dari bayi), karena Tante saya harus kuliah. Hasilnya keduanya sekarang jadi sangat mandiri. Mereka tidak terlalu tergantung pada keberadaan orang tua, walau hubungannya juga masih dekat si. Mereka tidak manja dan mudah bergaul dengan anak yang baru dikenal. Itu karena di tempat penitipan mereka biasa bermain dengan anak-anak orang lain yang belum mereka kenal.
Melatih anak mandiri sejak dini menurut saya sangat penting. Kita tidak tahu sampai berapa lama kita bisa terus mendampingi mereka kan (karena umur kita tidak ikut punya). Dengan melatih mereka mandiri sejak kecil, kita tidak akan kebingungan lagi jika sewaktu-waktu harus meninggalkan mereka dalam waktu yang lama (misalnya ke luar kota). Sifat mandiri ini juga akan mereka bawa hingga mereka dewasa nantinya.
2. Melatih kecerdasan Ibu
Yang namanya ibu, walaupun punya label wanita karir atau ibu bekerja, tetap saja memiliki tanggung jawab penuh mengatur rumah tangga, termasuk menyediakan makan untuk seluruh keluarga, memastikan anak siap ke sekolah, menyiapkan kebutuhan suami, de el el. Pekerjaan ibu rumah tangga itu justru nggak ada matinya. Nah, dengan tanggung jawab memanage rumah tangga disambi dengan bekerja, dibutuhkan kecerdasan yang cukup tinggi agar kedua kegiatan itu bisa terlaksana dengan baik. Akhirnya mau nggak mau kita harus pintar-pintar memanage waktu, menciptakan resep-resep makanan yang praktis, menata perabotan agar kegiatan pembersihan tidak makan waktu lama, dan lain-lain. Lihat, kini Anda semakin bertambah cerdas kan?
3. Sebagai sekoci penyelamat
Tiba-tiba suami kena PHK, atau bisnisnya sedang berjalan tidak bagus. Anda tidak perlu khawatir biduk keuangan rumah tangga akan karam, karena ada sekoci penyelamat, yaitu: Anda. Bukankah demikian fungsi istri? Sebagai back up suami kan? Ibu saya menopang kebutuhan keluarga hampir selama 10 tahun karena usaha ayah saya belum menunjukkan kemajuan. Tapi jangan salah, Ibu saya adalah ibu rumah tangga jempolan. Pintar menata rumah, mendampingi saya belajar, bisa masak dan bikin kue, dan masih sempat mengajari saya ilmu jahit menjahit.
4. Lebih bebas beli-beli
Senang sekali jika kita bisa memberikan hadiah untuk teman-teman atau saudara yang berulang tahun, kawinan, punya bayi atau pindahan rumah. Maksudnya kalau kita punya dana sendiri, kita nggak akan sungkan pada suami jika ingin beli ini-itu. Kita pun bisa memberikan yang lebih baik untuk anak-anak (mulai dari kebutuhan dasarnya hingga pendidikannya).(Bukankah gaji suami milik bersama, sedangkan gaji istri milik istri?, haha...just joking).
5. Banyak teman=banyak sodara=banyak rejeki
Dengan bekerja di luar rumah, otomatis kita jadi banyak teman. Teman adalah sodara kita juga (jangan lupa, kita berjumpa dengan teman-teman kita di tempat kerja jauh lebih lama daripada berjumpa keluarga kita sendiri di rumah, coba saja hitung kalau nggak percaya). Nah, kalo banyak sodara berarti banyak rejeki. Kok bisa? Semakin banyak sodara, berarti network kita makin bertambah. Jika kita punya masalah, banyak yang bisa membantu. Jika kita punya barang dagangan, mudah pemasarannya karena kita punya link yang menggurita.
Memang sedih si melewatkan masa-masa emas anak-anak kita tapi semua akan terbayar pada waktunya kok. Memang kalau boleh memilih, saya lebih suka di rumah atau mencari pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah, tapi jikalau jalan rizkinya memang di tempat lain bagaimana? Bagaimana jika rizki yang didapat suami belum cukup untuk segala kebutuhan ini itu?
Mendampingi anak-anak memang penting, tapi kebutuhan finansial juga penting. Karena alasan kita bekerja mencari uang untuk siapa sih kalau bukan untuk anak?
Jangan kuatir juga anak kita jadi lebih dekat pada orang lain dibanding pada kita. Sembilan bulan di kandungan dan dilanjutkan masa menyusui adalah fondasi yang kuat untuk membangun bonding yang kuat antara kita dan anak-anak kita.
Sekali lagi tulisan ini dibuat untuk menghibur diri (setengah curhat maksudnya). Ibu tetaplah seorang Ibu, apapun kemasannya, apapun labelnya. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi seorang Ibu, bagaimanapun ia...
Perlu dibaca juga:
Menghadapi dilema menjadi Ibu Bekerja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, hanya nisankah yang akan kita tinggalkan? (Papa/H. Slamet Sulaiman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.