Aku tidak ingat apa yang membuatku begitu membenci basement. Yang pasti bukan
karena aku mengidap klaustrofobia. Bukan. Buktinya, aku baik-baik saja kalau
berada di dalam lift yang sempit dan disesaki penumpang. Aku juga merasa oke
ketika berjalan di lorong sempit di “Haunted Castle”, rumah hantu yang katanya
paling menyeramkan di kota kami.
Aku juga tidak ingat sejak kapan aku membenci basement. Rasanya, dulu waktu
awal-awal aku bekerja di Mall ini, aku baik-baik saja. Aku tidak terganggu
dengan lorong-lorong melingkar yang hanya muat satu mobil, dinding-dinding
kelabu dengan garis kuning menyala di kiri kanan, lampu-lampu kecil
remang-remang yang membuat lorong-lorong di basement menjadi seperti perjalanan
dengan mesin waktu. Aku sama sekali tak merasa terganggu, walaupun terkadang
kupikir lorong-lorong menuju basement ini seolah tiada akhir.
Aku tak mengerti, mengapa hari ini aku sedemikian ketakutannya ketika
melihat mulut lorong yang akan membawaku dua level dari permukaan tanah, menuju
tempat parkir khusus karyawan Mall di lantai basement.
Aku tak punya pilihan lain. Kalau tidak segera parkir, aku akan terlambat
masuk kerja. Mall akan segera buka, dan sebagai manajer sebuah restoran cepat
saji, masih banyak yang harus kupersiapkan. Telapak tanganku terasa dingin
ketika mobilku mulai menyusuri lorong, turun ke bawah, menuju basement.
Perlahan, dengan gigi satu, aku membiarkan mobilku melaju menyusuri lorong
berdinding abu-abu. Berputar. Ke bawah. Terus berputar. Terus...berputar...
Aneh, seingatku lorong ini biasanya tidak sepanjang ini. Jangan-jangan...lorong
ini benar-benar berubah menjadi lorong tak berujung?
Segera kutepis pikiran itu. Ah, aneh-aneh saja. Aku kan tidak sedang
bermimpi atau main film. Setengah mati aku berusaha meyakinkan diri bahwa
lorong ini akan membawaku ke tempat parkir dan semuanya akan baik-baik saja.
Mobilku berputar beberapa kali hingga akhirnya aku melihat cahaya. Tidak
terlalu terang, tapi cukup membuatku menghembuskan nafas lega. Akhirnya....
Segera kuparkir mobilku dan berjalan menuju pintu masuk menuju Mall.
Eh,tapi...di mana pintunya? Biasanya ada di sebelah sana. Kenapa sekarang tidak
ada?
Aku menjitak kepalaku sendiri. Membenci sifat pelupaku yang kian hari kian
parah. Kok bisa sih aku lupa letak pintu masuk menuju tempat kerjaku sendiri?
Aku menoleh kiri kanan mencoba mencari petunjuk. Ah, kebetulan ada seorang security
yang sedang berkeliling.
“Pak, pintu masuknya sebelah mana ya?” tanyaku.
“Sebelah sana Mbak,” ujar petugas berseragam itu seraya menunjuk sebuah
arah.
Aku mengikuti arah yang ditunjuknya dan melihat sebentuk daun pintu
berwarna biru. Lega rasanya. Rupanya bukan pintunya yang hilang, melainkan
akunya yang lupa. Setelah berterima kasih, aku langsung bergegas menuju arah
yang ditunjuk.
“Hati-hati Mbak,” panggil Security itu lagi.
Aku menoleh ke arahnya dengan kening mengernyit.
“Kemarin malam ada perempuan yang habis diperkosa,” ujarnya lagi.
Aku terkesiap. Masa sih? Kok aku bisa tidak tahu? Kemarin malam kan aku
juga masuk kerja. Rasanya tidak ada yang aneh ketika aku pulang. Ah, mungkin itu
terjadi setelah aku pulang.
Namun apa yang kudapati di balik pintu berwarna biru itu membuatku
ketakutan. Tidak ada Mall, tidak ada hawa sejuk berAC dan aroma khas pusat
perbelanjaan, yang biasa menyambutku begitu aku membuka pintu. Tidak ada. Yang
ada lagi-lagi hanya tempat parkir basement. Aku berbalik dan berusaha menemukan
Security tadi. Dia tidak ada.
Astaga, ini pasti mimpi buruk. Aku menampar dan mencubit pipiku. Aw, sakit!
Dalam kondisi tegang, badan gemetaran dan keringat dingin yang mulai
membasahi tengkuk, secepat mungkin aku berlari kembali ke mobil. Aku harus
segera keluar dari tempat ini!
Aku menemukan mobilku. Ia masih terparkir di tempat di mana terakhir aku
meninggalkannya. Segera kupacu mobilku meninggalkan tempat parkir menuju lorong
pintu keluar.
Dinding kelabu lagi, lampu remang-remang lagi, lorong yang seolah tak
berujung lagi. Mobilku terus melaju. Terus...melaju...Aneh, seharusnya lorong
ini tak sepanjang ini. Seharusnya aku sudah sampai di atas dan bisa melihat
cahaya matahari. Jantungku berdegub kian kencang tak keruan.
Karena nafasku mulai terasa sesak, aku menurunkan kaca jendela, dan angin
yang entah datang dari mana menyeruak masuk. Sejenak memberikan rasa segar
sekaligus menimbulkan bunyi yang tidak biasa. Krrsssk!!!
Aku menoleh. Ah, rupanya angin menghembus koran pagi yang tadi kubeli di
lampu merah dan kugeletakkan begitu saja di bangku penumpang tanpa sempat
kubaca. Tunggu dulu, judul headlinenya...
Ciiiittt...!!! Aku mengerem mobilku, tak peduli aku sedang berada di lorong
tempat parkir yang dalam kondisi biasa, akan sangat berbahaya berhenti
tiba-tiba seperti itu.
Tanganku gemetaran begitu membaca headline koran pagi hari ini. “Diduga
Diperkosa, Karyawati Mall Ditemukan Tewas”. Detik itu ingatanku kembali. Aku
ingat mengapa dan sejak kapan aku membenci tempat parkir basement yang remang-remang dan sepi. Mataku menelusuri foto
beberapa lelaki berseragam yang membawa kantung mayat. Ada insert foto kecil di
ujung kanan bawah.
Itu fotoku.
-selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan kritik, saran dan komentar untuk perbaikan konten blog ini.