Perjalanan kami ke Pulau Tabuhan, Banyuwangi memang termasuk mendadak. Tapi untuk urusan jalan-jalan memang kami seringkali begitu, spontan. Saya masih ingat ketika kami memutuskan pergi berlibur 4H3M di Bali tanpa ada rundown yang pasti hendak ke mana aja. Pokoknya pergi aja ke Bali. Waktu itu spontanitas kami membawa kami sampai ke Trunyan, sebuah desa kuno dengan adat purbakala yang masih bertahan hingga kini. Tempatnya eksotis dan mempesona. Eits, tapi postingan kali ini bukan mau cerita tentang Bali, melainkan tentang tetangganya, Pulau Tabuhan.
Yups, dari Pulau Tabuhan ini memang Pulau Bali kelihatan jelas. Betapa tidak, Pulau kecil yang tak berpenghuni ini memang masuk wilayah Banyuwangi, kota di ujung timur Pulau Jawa.
Ada beberapa alasan mengapa kami memilih Pulau Tabuhan
untuk liburan. Satu, kami memang mencari jalur liburan yang tidak terlalu
padat. Dua, pengalaman snorkling di Gili Labak minggu sebelumnya masih belum
memuaskan karena terkendala arus yang deras. Tiga, untuk menebus rasa bersalah
karena kami pergi ke Gili Labak tanpa mengajak anak-anak. Empat, karena kami
sudah mendapatkan informasi dari temen-temen yang sudah lebih dulu ke sini
bahwa Pulau Tabuhan sangat anakable banget ;D
So, hari Sabtu siang sepulang kerja, kami langsung
berangkat ke Banyuwangi. Perjalanan dengan mobil memakan waktu sekitar 8 jam.
Kami cuma sempat berhenti dua kali, di masjid dan di Indomaret untuk beli kopi.
Saran saya kalau bawa mobil sendiri, apalagi kalau berangkatnya tepat setelah
pulang kerja, sebaiknya ada dua orang atau lebih yang bisa nyetir. Supaya bisa
gantian nyetirnya. Nah, kami sampai di hotel sekitar jam 10 malam. Kami nginep
di Baru Dua Beach Hotel yang lokasinya pas banget di pinggir pantai. Jadi di
pagi harinya selepas sholat Subuh, kami sudah nongkrong di belakang hotel demi
menunggu matahari terbit.
Hari Minggu jam 6 pagi kami sudah berangkat menuju
Bangsring Underwater. Search aja di google map; “Bunder-Bangsring Underwater”.
Petunjuk jalannya juga cukup jelas, dan ada semacam tugu selamat datang di
pintu masuknya. Tulisannya kalau nggak salah Wisata Pulau Tabuhan (sori saya
lupa nggak motret). Kami sampai di loket sebelum jam setengah tujuh pagi. Ini
memang kami sengaja karena teman kami sudah wanti-wanti agar tiba di loket
sebelum buka supaya bisa segera dapat perahu. Sebenarnya jam buka loket adalah
jam 7, namun entah karena hari itu hari libur panjang atau karena masnya ngga
tega ngeliat muka saya yang memelas di depan pintu loket, akhirnya kami sudah
dilayani tepat pukul setengah tujuh. Alhamdulillah kami bisa langsung
berangkat, mengingat hari itu ternyata bookingan perahu menuju Tabuhan dan
Menjangan cukup banyak. Ada sekitar 40 bookingan katanya.
Oke, ini yang terpenting, biaya menuju ke Pulau Tabuhan
sudah fix. Jadi kita ngga perlu nego-nego lagi sama pemilik perahu seperti yang
pernah saya alami di Bali atau Pantai Pasir Putih. So, biaya untuk paket
snorkling di Tabuhan adalah sebagai berikut:
Perahu Rp 500 ribu (max 10 orang, kalau 10 orang lebih
dikit gimana? Kalau lebihannya ngga banyak (semisal lebih 2-3 orang, maka per
orang kena tambahan charge 50 ribu)
Sewa alat snorkling 30 ribu/orang
Guide 50 ribu
Dokumentasi underwater 150 ribu
Kalau yang ingin ke Pulau Menjangan, biayanya sekitar 2.3
juta untuk 10 orang (include makan siang).
Perjalanan menuju ke Tabuhan memakan waktu sekitar 20
menit. Dari sana, Pulau Menjangan bisa kelihatan dari kejauhan. Duh
yaaa....aslinya kepengen banget sekalian ke sana. Apalagi guide kami bilang di
sana terumbu karangnya jauh lebih bagus dan ikan-ikannya lebih berwarna dan
besar-besar. Tuh bikin ngiler kan? Secara mumpung udah sampai sana gitu lho. Tapi
berhubung ini kan masih trial ngajak anak-anak snorkling, dan lagi kok rasanya
rugi kalau ke sana cuma berempat, akhirnya kami putuskan untuk ke Menjangan
lain kali aja.
So, back to Pulau Tabuhan yah. Daya tarik Pulau Tabuhan ada
pada airnya lautnya yang jernih dan tenang. Berbeda dengan di Gili Labak, start
snorkling di sini dimulai dari pinggir pantai, bukan nyemplung dari atas
perahu. Nah jadi ini aman banget untuk anak-anak. Terumbu karang di area
snorkling kami tidak banyak. Tapi kami tetap bisa melihat aneka hewan laut di
sini. Selain ikan dan ubur-ubur, kami sempat berjumpa dengan bintang laut biru
yang cantik ama cacing laut yang tekstur kulitnya squishy bangett. Hal yang
agak di luar dugaan adalah cukup banyak plankton di sini. Akibatnya belum
semenit saya kena air laut, kulit yang terpapar langsung sama air laut langsung
terasa gatal cenderung pedih. Agak panik awalnya, tapi lama-lama biasa juga.
Kami menghabiskan waktu sekitar satu jam di Pulau Tabuhan.
Oya, di Tabuhan ini ngga ada rest area yaa. Kalaupun ada
warung jam bukanya ngga jelas. So saran saya, jangan lupa bawa bekal makanan
dan minuman secukupnya. Karena kalau snorkling itu sudah pasti haus dan laper.
Trus...sampah makanan dan minumannya bawa balik lagi ya. Jangan dibuang di
Tabuhan meski di situ ada tempat sampahnya juga. Karena saya kok ngga ngeliat
ada petugas yang buang sampah. Jadi meski ada tempat sampah tapi isinya ngga
pernah diangkut ya sama aja boong.
Dalam perjalanan pulang kembali ke Bangsring, kami mampir
ke Rumah Apung Bangsring (ini memang sudah termasuk paket wisatanya). Di sini
lagi-lagi kami diajak snorkling melihat terumbu karang. Cuma kali ini lokasi
terumbu karangnya agak dalam. Sekitar 4 meteran. Meski dalam, terumbu karang di
sini lebih bagus dan besar-besar. Ikan-ikannya juga banyak. Lokasi ini juga
dijadikan pembibitan terumbu karang. Puas melihat terumbu karang, kami ngasih
makan ikan yang jumlahnya buanyak dan ukurannya cukup besar di sekitar Rumah
Apung. Caranya dengan menggenggam roti yang kemudian akan dikerubuti oleh
ikan-ikan laut. Seru seru ngeri gitu deh, hehe. Apalagi jari saya sempet
digigit. Tapi tenang aja, ikan-ikannya bukan ikan karnivora kok. Kalaupun
sampai kegigit, rasanya Cuma kaget sedikit, ngga sakit sama sekali.
Atraksi utama Rumah Apung adalah penangkaran hiu. Kami
sempat nyemplung ke kandang anak hiu dan foto-foto di situ. Rasanya ngeri-ngeri
pengen tau, hehe.
Nah, sekarang giliran cerita sisi negatifnya wisata
Bangsring-Tabuhan yah.
Guys, ini serius bangett. Plisss....jangan pernah buang
sampah di laut yaaa. Apapun alasannya. Kasian itu makhluk-makhluk laut
terkotori ruang hidupnya. Bisa kebayang nggak kalau tiba-tiba ada orang yang
buang sampah di ruang tamu rumahmu? Mangkel nggak? Mangkel kan? Nah, begitu
juga dengan laut. Laut itu sejatinya adalah rumah bagi buanyak makhluk hidup.
Namun nyatanya, sampah di Bangsring Tabuhan tuh buanyak banget. Kalau saya
perhatiin foto-foto underwater kami, hampir semuanya pasti ada sampah yang
ketimpul-ketimpul. Duuuhhh...sedih banget. Mulai dari plastik mie instan,
plastik pembalut, plastik minyak goreng sampai botol henbodi.
Memang si, kalau mau nyalahin bisa aja kita nyalahin pengelola tempat wisata Bangsring Tabuhan, kenapa kok mereka ngga ada program cleaningnya. Tapi ya ngga bisa gitu juga dong. Seandainya pengunjung, baik yang cuma bentar kaya kami atau yang sampai kemping di sana, memiliki kesadaran yang tinggi untuk tidak buang sampah di laut, pastinya akumulasi sampah nggak akan sampai segitu banyaknya walaupun tanpa adanya program pembersihan.
Memang si, kalau mau nyalahin bisa aja kita nyalahin pengelola tempat wisata Bangsring Tabuhan, kenapa kok mereka ngga ada program cleaningnya. Tapi ya ngga bisa gitu juga dong. Seandainya pengunjung, baik yang cuma bentar kaya kami atau yang sampai kemping di sana, memiliki kesadaran yang tinggi untuk tidak buang sampah di laut, pastinya akumulasi sampah nggak akan sampai segitu banyaknya walaupun tanpa adanya program pembersihan.
Oke, sampai sini dulu yah ceritanya.